Mix.co.id - Tidak mengubah esensi brand, namun tetap fleksibel dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara relevan di tengah pasar yang terus berubah.
Itulah poin penting yang ditekankan Binu Ninan Kovoor, Head of Marketing Hair and Skincare P&G Indonesia, dalam mengatasi barrier komunikasi dengan konsumen. Selain itu, Binu juga mengungkapkan poin lain terkait hubungan brand dengan konten kreator. Bagaimana detilnya, simak pendapat Binu yang disarikan dalam diskusi panel MMA Global Indonesia Impact 2023 di Jakarta awal bulan ini.
Bagaimana brand dapat membuat konten dan pengalaman lebih menyenangkan dan fleksibel bagi konsumen saat ini?
Prinsip kami di P&G, "Consumer is our boss." Oleh karena itu, kami selalu berkomitmen untuk memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen. Sebagai brand, kami juga berusaha untuk dan kemampuan untuk menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan konsumen.
Contohnya Pantene, salah satu brand sampo terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan dalam meningkatkan penggunaan kondisioner di antara konsumen. Secara global, kondisioner memiliki nilai yang signifikan dalam konteks perlindungan terhadap kerusakan dan polusi udara.
Namun, dalam berkomunikasi dengan konsumen, P&G menyadari bahwa banyak konsumen yang kurang menyadari kerusakan rambut atau biasa disebut dengan "Rambut Capek”.
Oleh karena itu, P&G melakukan riset untuk memahami pandangan konsumen terhadap kondisioner dan bagaimana perasaan konsumen setelah menggunakannya. Hasilnya, salah satu konsumen menyatakan bahwa rambutnya terasa enteng seperti “terisi kembali" (recharged). Semua inisiatif ini didasarkan pada umpan balik dari konsumen, termasuk data kualitatif dan interaksi online.
Berdasarkan hal tersebut, P&G menciptakan kampanye yang memposisikan rambut rusak sebagai "Rambut Capek" dan menawarkan kondisioner berkualitas sebagai solusi. Keberhasilan kampanye ini menggambarkan bahwa P&G, sebagai brand, tidak mengubah esensi brand, tetapi brand tetap fleksibel untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang relevan.
Poin kedua, terkait situasi saat ini dimana tingkat perhatian konsumen mengalami penurunan, kita sebagai brand tidak perlu khawatir. Sebagai konteks, saya ingin membagikan contoh singkat kampanye dari Head & Shoulders sebagai shampo anti ketombe yang populer di Indonesia. Salah satu insight yang kami dapatkan adalah, masyarakat Indonesia susah untuk mengucapkan ‘head and shoulders’ dengan benar. Oleh karena itu, kami ingin menghindari masalah ini dengan mendesain sebuah kampanye bersama Joe Taslim, brand ambassador kami, untuk mengajak masyarakat bahwa tidak apa-apa menyebutkan brand dengan caranya sendiri, namun yang terpenting masyarakat tetap berfokus pada manfaat produk.
Kesimpulannya, P&G selalu memahami pentingnya fleksibilitas dan responsivitas terhadap konsumen dalam menjaga brand tetap relevan di pasar yang terus berubah.
Sekarang kita berbicara tentang konten, menurut pandangan brand,...