Sekarang kita berbicara tentang konten, menurut pandangan brand, seberapa pengaruh konten yang talkable bagi suatu produk?
Saya rasa tidak ada standar yang pasti mengenai produk atau brand yang talkable atau seberapa sering orang membahas tentang suatu produk. Menurut pengalaman saya dengan P&G, hal ini sangat bergantung pada apakah brand tersebut sudah mapan di benak konsumen atau masih merupakan brand baru.
Untuk brand baru, menciptakan identitas yang khas dan memperoleh perhatian di tengah persaingan yang sibuk menjadi lebih sulit. Oleh karena itu, menjadi talkable sangat penting, terutama bagi brand-brand baru di pasar. Sementara itu, bagi brand yang sudah mapan, hal ini lebih berkaitan dengan bagaimana brand bisa tetap relevan di mata konsumen yang mungkin melihat brand sebagai brand pasar besar atau brand yang luar biasa.
Jadi, tantangannya berbeda untuk setiap jenis brand, dan strategi yang digunakan juga berbeda. Menurut saya, tidak ada titik standar yang pasti, tetapi yang paling penting adalah, seperti yang saya katakan sebelumnya, jika brand mengamati konsumen dan pasar serta mengikuti tren, brand dapat mengikuti perkembangan tersebut dan mencoba menggunakannya untuk keuntungan brand dan para mitra.
Menurut pandangan anda, apa tantangan terbesar bagi brand dalam bekerjasama dengan konten kreator?
Tantangan terbesar bagi brand saat ini adalah bagaimana mengelola layanan dan kreator yang sangat spesifik dengan efektif. Brand perlu memberikan kebebasan kepada para kreator untuk menjalankan idenya, tetapi di sisi brand, perlu ada praktik terbaik yang dijalankan.
Dalam pengalaman saya, semakin baik brief (yang diberikan kepada kreator konten), maka akan semakin baik hasilnya. Saat mencoba mengendalikan apa yang kreator coba lakukan setelah hasilnya ada, hal tersebut seringkali menjadi tidak efektif.
Poin lain adalah bagaimana mencari keseimbangan antara data kuantitatif dan data kualitatif. Mungkin ada kreator dengan banyak penonton dan pengikut, tetapi kualitas kontennya mungkin kurang kreatif atau mungkin tidak autentik.
Oleh karena itu, penting bagi brand memiliki filter yang tepat. Misalnya, brand mungkin bersedia bekerja dengan kreator yang memiliki pengikut lebih sedikit, asalkan kualitas kontennya baik, karena itulah yang dianggap relevan oleh audiens. Hal ini dapat melibatkan aspek seni dan ilmu sekaligus dalam pengelolaan brand. (bintari)