Perusahaan farmasi raksasa Merck pernah dituduh melakukan 'cherry picking' data dalam penelitian dan publikasinya terkait obat anti-inflamasi, Vioxx. Skandal ini membuka pintu pertanyaan mendalam tentang etika penelitian, transparansi informasi kesehatan, dan bagaimana ambisi korporasi dapat bertabrakan dengan prinsip-prinsip kesehatan publik

Pada tahun 1999, Vioxx, yang juga dikenal dengan nama ilmiahnya rofecoxib, mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat untuk dipasarkan dan digunakan oleh publik. Sebagai obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), Vioxx dirancang untuk meredakan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kondisi seperti osteoartritis.
Paska keluarnya izin edar, Merck -- perusahaan farmasi yang memproduksi Vioxx, memproduks dan mengedarkan obat itu secara besar-besaran. Namun, lima tahun kemudian, tepatnya tahun 2004, Merck menghentikan penjualan obat tersebut. Keputusan tersebut dibuat berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan Vioxx untuk periode waktu yang lama bisa memperbesar kemungkinan terjadinya serangan jantung dan stroke.
Saat Vioxx akhirnya ditarik dari peredaran, obat itu sudah terlanjur digunakan oleh jutaan individu di seluruh penjuru dunia.
Sejumlah studi dan investigasi setelahnya menunjukkan bahwa Merck mungkin telah mengetahui tentang risiko jantung dan stroke yang terkait dengan Vioxx sejak awal, namun memilih untuk tidak mempublikasikannya. Sebaliknya, perusahaan tampaknya berfokus pada penelitian dan data yang menunjukkan keefektifan Vioxx dalam mengobati nyeri dan rasa sakit, suatu taktik yang secara efektif berarti "cherry picking" data.
Skandal obat Vioxx oleh Merck adalah contoh nyata bagaimana manipulasi data dapat berakibat fatal. Dalam beberapa kasus, Merck bahkan dituduh mencoba mempengaruhi hasil penelitian dan publikasi ilmiah tentang Vioxx.
Misalnya, dalam sebuah artikel yang dipublkasikan di _Journal of the American Medical Association_ pada tahun 2008, penulis menuduh Merck menulis penelitian tentang Vioxx dan kemudian merekrut dokter dan ilmuwan untuk menempatkan namanya pada penelitian tersebut seolah-olah mereka adalah penulis asli.
Pada tahun 2007, Merck mengeluarkan dana sebesar $4.85 miliar untuk menyelesaikan sebagian besar tuntutan hukum yang diajukan oleh pasien yang mengalami serangan jantung atau stroke setelah menggunakan Vioxx. Skandal ini menyoroti pentingnya transparansi dan etika dalam penelitian medis dan praktek farmasi.
Dalam dunia yang semakin tergantung pada data dan statistik, praktik cherry picking atau pemilihan data yang selektif telah menjadi masalah yang semakin sering ditemui. Metode ini melibatkan seleksi sejumlah data atau statistik yang mendukung suatu argumen sementara mengabaikan atau mengesampingkan data yang mungkin menentang atau mengurangi kekuatan argumen tersebut.
Dalam cherry picking, individu atau organisasi berfokus pada bukti yang mendukung klaim mereka dan mengabaikan bukti yang bertentangan. Ini memungkinkan mereka untuk menciptakan narasi yang mungkin tampak mendukung dan meyakinkan pada permukaan, tetapi pada kenyataannya adalah representasi yang tidak akurat dan tidak lengkap dari data yang sebenarnya.
Dalam beberapa kasus, cherry picking dapat dilakukan secara tidak sengaja atau tidak sadar, tetapi sering kali adalah taktik yang disengaja untuk menciptakan ilusi validitas dan keandalan.
Misalnya, seorang peneliti mungkin hanya melaporkan hasil positif dari studi mereka dan mengabaikan hasil yang negatif atau netral. Atau, sebuah perusahaan mungkin memilih untuk menyoroti ulasan positif dari pelanggan mereka sementara mengabaikan atau menyembunyikan ulasan yang kurang menguntungkan.
Dalam kedua kasus ini, cherry picking menciptakan gambaran...