MIX.co.id - Inklusi dan inovasi pemuda dalam tata kelola digital menjadi isu utama yang dibahas di hari kedua Pra-KTT ke-2 Youth 20 (Y20) Indonesia 2022, yang digelar pada 24 April ini di Lombok.
Pada forum ini, Y20 mengajak para delegasi membahas peran serta tantangan yang dihadapi pemuda di tengah kemajuan teknologi digital. Hal ini juga sejalan dengan agenda Presidensi G20 Indonesia yang turut mengangkat transformasi digital sebagai salah satu isu prioritas.
Anak muda memegang peranan penting dalam kemunculan solusi digital mulai dari aplikasi ride- hailing hingga layanan kesehatan. Di saat yang sama, anak muda juga dihadapkan oleh berbagai tantangan, mulai dari kesenjangan infrastruktur internet maupun literasi dan keterampilan digital. Sayangnya, mereka juga jarang dilibatkan dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan ekonomi digital.
Diungkapkan Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Meutya Hafid, dalam keynote speech-nya, pentingnya meningkatkan literasi digital di kalangan anak muda, serta peraturan berkaitan dengan tata kelola digital.
“Literasi digital menjadi PR (Pekerjaan Rumah—red) bagi Indonesia. Kita sudah bangun infrastrukturnya, tetapi kita juga harus membangun literasi digital untuk meraup keuntungan dunia digital, khususnya bagi para generasi muda,” saran Meutya.
Menurutnya, perkembangan digital tanpa tata kelola digital itu tidak efektif. Adanya peraturan yang berkaitan dengan tata kelola digital bisa membuat ekonomi digital lebih berkembang. “Regulasi perlindungan data pribadi, misalnya, diperkirakan dapat meningkatkan kepercayaan diri konsumen dalam transaksi digital,” ungkap Meutya.
Sementara itu, Lesly Goh, Senior Technology Advisor Bank Dunia, menegaskan, "Pemberdayaan pemuda harus berada di pusat perumusan kebijakan, seiring dengan bagaimana kita bergerak menuju pemulihan dan menciptakan masa depan yang lebih adil untuk semua.”
Untuk itu, pada kesempatan yang sama, Setiaji, Asisten Menteri Kesehatan Bidang Teknologi Kesehatan, mengajak anak muda untuk proaktif menciptakan inovasi teknologi, khususnya di bidang kesehatan. “Kami membutuhkan lebih banyak inovasi lagi dari generasi muda, untuk bekerja sama mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada. Mari kita bersama berkolaborasi untuk layanan kesehatan Indonesia yang lebih baik,” ajaknya.
Sementara itu, Direktur Pemberdayaan Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Bonifasius Wahyu Pudjianto mengapresiasi penyelenggaraan diskusi Pra-KTT Ke-2 Y20 Indonesia. "Saya ingin menekankan kolaborasi antara Digital Economic Working Group (DEWG) G20 dengan Y20, khususnya berkaitan dengan aliran data lintas batas, serta keterampilan dan literasi digital. Apalagi kita tahu isu ini paling dapat membantu menghilangkan berbagai rintangan berkaitan dengan industri digital," jelas Pudjianto.
Forum Pra-KTT Y20 ke-2 turut menghadirkan Angus Barry selaku Digital Product Manager Government Digital Service United Kingdom. Dalam paparannya, ia berbicara tentang portal e-government Inggris GOV.UK yang berhasil mengintegrasikan sekitar 2,000 situs pemerintahan ke dalam satu domain. Dirinya juga membahas bagaimana mendorong anak muda, khususnya yang menguasai kemampuan digital agar bekerja di pemerintahan.
"Kita perlu membentuk jalan karir yang sesuai untuk mendorong lebih banyak anak muda dengan kemampuan digital untuk bekerja di pemerintahan. Jadi, pilihannya bukan hanya sebagai IT, tetapi ada UX developer dan sebagainya," pungkas Angus.