MIX.co.id – Pemerintah perlu memantau pergerakan masyarakat, terutama menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran untuk mengurangi kerumunan. Apabila hal tersebut berhasil dijalankan bersama upaya-upaya lainnya, maka diperkirakan bahwa Indonesia akan mencapai puncak kasus Covid-19 pada Maret 2022.
Hal itu disampaikan pakar mikrobiologi Universitas Indonesia, Amin Soebandrio, dalam acara DBS Asian Insights Conference 2022 bertajuk “The Road to Endemic - Finding Normal in New Normal” yang diselenggarakan secara virtual pada Kamis (24/2).
“Berkaca dari negara-negara lain, prediksi puncak kasus Covid-19, khususnya varian Omicron, muncul dalam dua sampai tiga bulan sejak kasus pertama terdeteksi,” ujarnya.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, yang turut hadir menjadi pembicara mengungkapkan Indonesia telah mengalami dua gelombang dalam perkembangan kasus Covid-19. “Saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mempersiapkan enam pilar transformasi untuk menangani Covid-19, yaitu transformasi layanan dasar kesehatan, transformasi sektor kesehatan, transformasi sistem kesehatan, pendanaan, transformasi sumber daya manusia, serta teknologi kesehatan,” paparnya.
Sementara Sesditjen Kesehatan Masyarakat dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi percaya bahwa penanganan Covid-19 memerlukan upaya dari hulu ke hilir. Apabila deteksi dini, edukasi bagi masyarakat, serta langkah-langkah pencegahan merupakan strategi yang dilakukan di hulu untuk pengendalian transmisi, maka transformasi layanan kesehatan yang disiapkan Kementerian Kesehatan tersebut diperlukan untuk penanganan kasus di hilir.
Jika pada gelombang kedua, tingkat kematian per hari dapat mencapai 2.500, pada varian Omicron kali ini, tingkat kematian jauh lebih rendah dengan angka 180. “Sehingga dalam segi penanganan, belum perlu dilaksanakan ‘penarikan rem darurat’ tetapi pemerintah tetap memberlakukan pembatasan mobilitas dan PPKM level tiga, dibarengi dengan percepatan vaksinasi, testing, dan tracing,” ungkap Siti Nadia.
Menurut mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara dan Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan virus Covid-19 akan selalu ada dengan kemungkinan akan bermutasi ke varian-varian lain di masa yang akan datang.
Walaupun jumlah kematian akibat Omicron lebih rendah dari varian Delta dan gejala yang ditimbulkan tidak separah gelombang-gelombang sebelumnya, namun korban jiwa tetap ada. “Mengingat setiap nyawa masyarakat Indonesia berharga, maka diperlukan upaya maksimal dari pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang adaptif terhadap keadaan dengan mempertimbangkan saran-saran para ahli sehingga dapat mengatur laju penularan,” tuturnya.
Bank DBS Indonesia menyelenggarakan Asian Insights Conference 2022 pada bulan Februari hingga Maret mendatang, dan terbagi menjadi empat sesi. Melalui event ini, para pakar sebagai pembicara dapat memberikan wawasan terkait varian Omicron, pengendalian pandemi, serta langkah-langkah pemerintah dalam mendukung pemulihan berbagai sektor di Indonesia.
“Inilah yang melatarbelakangi visi Bank DBS yaitu sebagai Best Bank for a Better World di mana kami berupaya untuk berkontribusi secara positif untuk dunia yang lebih baik,” tandas Paulus Sutisna, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia. ()