DBS CIO Insights: Resesi, Investasi Barang Mewah, dan Kesehatan Tetap Jadi Tren

MIX.co.id - Di tengah kekhawatiran atas gejolak pasar jangka pendek yang diakibatkan oleh Bank Sentral AS, Bank DBS melihat adanya peningkatan dan perkembangan nilai, dan menyarankan untuk tetap berinvestasi pada di sekuritas bermutu yang didiversifikasi risiko melalui alternatif, termasuk emas dan aset pribadi. Selain itu, Bank DBS melihat masih ada harapan untuk investasi barang mewah dan layanan kesehatan.

Demikian beberapa hal  yang digarisbawahi dalam DBS CIO Insights  4Q22 bertajuk “Fed in Focus” oleh DBS Bank Ltd (Bank DBS) yang dipaparkan secara daring pada pertengaan September ini.

“Untuk pendapatan tetap, ambil pendekatan “dollar-cost average” (berinvestasi dalam mata uang dolar dengan jumlah tetap secara teratur) untuk menambahkan obligasi dengan peringkat A/BBB, yang saat ini diperdagangkan di atas 5%, sebagai penghasil pendapatan. Untuk ekuitas dengan pertumbuhan sekuler (pertumbuhan kuat terlepas dari tren saat itu), perusahaan I.D.E.A. (Innovators, Disruptors, Enablers, Adaptors), termasuk Teknologi AS, menyediakan penyangga valuasi. Bank DBS juga terus menekankan diversifikasi risiko melalui alternatif, termasuk emas dan aset pribadi,” demikian pemaparan  Hou Wey Fook selaku Chief Investment Officer, DBS Bank.

Secara tematik, pada triwulan ini DBS Bank juga menggarisbawahi tema investasi barang mewah dan kesehatan sebagai penerima manfaat dari perubahan demografis dan pilihan gaya hidup baru. 

“Kami yakin barang mewah akan tetap menjadi tren, dengan menjadi yang terdepan di tren milenial tercanggih, dan diuntungkan oleh gaya hidup digital serta konsumsi Tiongkok selama bertahun-tahun,” ujar Fook. Menurutnya, barang mewah telah menunjukkan pendapatan tangguh yang dikuatkan oleh kuatnya permintaan konsumen.

Selain barang mewah, DBS juga menggaris bawahi tema investasi di bisnis layanan kesehatan. Terlepas dari hambatan jangka pendek akibat gangguan pada rantai pasokan, Bank DBS yakin bahwa segmen peralatan medis akan menghasilkan pertumbuhan kuat untuk industri kesehatan. Penduduk yang menua, prevalensi penyakit kronis, dan meningkatnya permintaan akan perangkat dan layanan inovatif mendukung potensi perluasan di sector tersebut.

 

Ekonomi ASEAN Diuntungkan

Di bawah bayang-bayang resesi global yang banyak diramalkan, DBS  justru melihat ekonomi ASEAN akan diuntungkan oleh pembukaan kembali, kenaikan suku bunga dan inflasi. Setelah tercatat  terjadinya pelemahan PDB  selama masa awal Covid, menurut DBS, ASEAN-5 mengalami pemulihan meyakinkan. Hal ini terlihat dari PDB triwulanan terbaru yang tercatat sebesar +4,7%, berbeda dengan pertumbuhan rata-rata 1,4% untuk Asia Utara.

Menurut Fook, hal yang menjadi  kunci atas kinerja ASEAN di atas rata-rata adalah dimulainya pembukaan kembali industri perhotelan, makanan dan minuman, penerbangan, dan kesehatan. Juga mulai pulihnya layanan pariwisata yang didukung   kembalinya perjalanan global.

Kenaikan suku bunga juga menguntungkan bank karena mereka mengalami pertumbuhan margin bunga bersih. Kartu kredit dan biaya transaksi juga diperkirakan meningkat seiring dengan pembukaan kembali dan pertumbuhan lebih tinggi angka PDB.

“Negara ASEAN tertentu ditopang oleh inflasi karena mereka adalah negara eksportir komoditas,” pungkas Fook seraya menunjuk Indonesia sebagai contoh utama karena memasok energi (batubara dan gas alam) serta komoditas pangan lain (minyak sawit) dan logam (nikel, litium, dan kobalt) ke seluruh dunia. (Bintari)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)