Kucuran dana segar dua tahap, US$ 8 juta pada Oktober 2018 dan US$ 20 juta pada Juni 2019, membuat Kopi Kenangan makin agresif. Tak tanggung-tanggung, kedai kopi besutan dua anak muda Indonesia--Edward Tirtanata sebagai CEO sekaligus Co-Founder dan James Prananto sebagai COO dan Co-Founder--tercatat sukses membetot perhatian publik di Tanah Air, terutama segmen millennials.
Dengan opitimismenya, Kopi Kenangan mematok goal: Menjadi "Starbucks-nya Indonesia". Itu artinya, tak hanya menjadi kedai kopi berjaringan, Kopi Kenangan pun ditargetkan mampu bertarung di pasar mancanegara dengan menjadi merek beskala global.
Pada saat wawancara eksklusif di Jakarta pada pertengahan Agustus ini, James memberikan alasan optimisme Kopi Kenangan mencapai goal tersebut. "Jika saat ini Starbucks mampu memiliki 400 gerai di area urban dan KFC sanggup merangsek ke berbagai pelosok Indonesia dengan 800 cabangnya, maka target kami mencapai 150 gerai di 2019, 500 gerai di 2020, dan 1.000 gerai pada 2021 mendatang, dimana tiap bulannya kami akan membuka 15-20 gerai," ucapnya.
Target ekspansif tersebut, menurut James, akan menggunakan dana funding yang baru saja diterima Kopi Kenangan. Sisanya, dana funding tersebut juga akan digunakan untuk meng-up grade teknologi yang dimiliki Kopi Kenangan. Termasuk, ekspansi ke luar Indonesia, dengan Asia Tenggara sebagai awalnya.
Optimisme Kopi Kenangan mencapai target 1.000 gerai, diyakini James, karena potensi ritel kopi di Indonesia masih sangat besar. Lantaran, penetrasinya yang baru mencapai 7%--baik Specialty Coffee Retail (seperti Tanamera), Grab and Go Coffee Retail (seperti, Kopi Kenangan, Janji Jiwa, dan Tuku), maupun Coffee Chain (seperti Starbucks dan Coffee Bean). "Sementara itu, penetrasi yang sudah tinggi justru di kopi sachet," ungkap James.
Untuk mampu memenangkan pertarungan sekaligus menantang kopi berjaringan, Kopi Kenangan memilih bermain di pasar yang lebih massal, yakni kategori Grab & Go Coffee. "Selain itu, kami juga tidak menggunakan konsep franchise seperti kopi berjaringan lainnya. Ini kami lakukan untuk tetap menjaga kualitas produk dan layanan," tutur James beralasan.
Untuk pilihan venue, diakui James, Kopi Kenangan lebih memilih hadir di mall dan daerah perkantoran yang memiliki trafik kunjungan yang tinggi. "Itu sebabnya, saat ini, 96 gerai Kopi Kenangan berada di mal dan perkantoran," kata James yang menyebutkan, hanya 25% transaksi yang berasal dari penjualan online.
Harga yang terjangkau juga menjadi salah satu strategi Kopi Kenangan dalam mencapai misinya itu. Dengan hampir separuh harga Sturbucks, Kopi Kenangan diharapkan dapat menggarap market kelas menengah baru, yang pertumbuhannya sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Stategi lainnya, yang tak kalah penting, adalah produk yang inovatif. Kopi Kenangan menghadirkan kopi susu dengan gula aren, yang notabene menjadi ciri khas Indonesia. Selain itu, Kopi Kenangan juga menghadirkan varian kopi dengan rasa yang disukai masyarakat Indonesia, seperti varian Thai Tea, Marie Regal, Oreo, dan Milo. "Untuk ekspansi ke Asia Tenggara di tahun depan, kami akan mengedepankan kopi susi dengan gula aren, yang menjadi ciri khas taste Indonesia," lanjutnya.
Berikutnya adalah mengedepankan digital melalui aplikasi Kopi Kenangan yang bari diluncurkan pada April 2019. Diuraikan James, aplikasi Kopi Kenangan digunakan untuk loyalty program, karena pelanggan berhak memperoleh Kenangan Point dengan berbagai penawaran menarik. Aplikasi ini juga digunakan untuk Pre Order demi memotong antrean. "Saat ini, monthly active user kami sekitar 41% dari total mereka yang sudah mengunduh aplikasi Kopi Kenangan," tutup James.