Era digital telah mendorong perubahan perilaku konsumen di Indonesia dalam melakukan pembayaran. Pembayaran tradisional secara tunai, kini sudah mulai bergeser menuju pembayaran non tunai berbasis teknologi. Terlebih, Bank Indonesia maupun OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tengah giat mengedukasi sekaligus menciptakan budaya cashless lewat “Gerakan Nasional Non Tunai” (GNNT).
Tak mengherankan, jika industri Fintech (financial technology) di Indonesia pun makin subur. Di Indonesia, dengan tingkat penetrasi keuangan 35,8 persen (World Bank, 2014), fintech dapat mengambil peran guna mempercepat perluasan jangkauan layanan keuangan. Bahkan, berdasarkan data OJK (Otoritas Jasa Keuangan), persentase investasi pada perusahaan fintech di kawasan Asia-Pasifik—termasuk di Indonesia—di kuartal pertama 2016, meningkat lebih dari 5 kali dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu dari US$ 445 juta menjadi US$ 2,7 miliar.
Seksinya bisnis fintech di Indonesia ditandai juga dengan tingginya nilai transaksi melalui pembayaran non tunai. Sebut saja DOKU, penyedia solusi pembayaran elektronik lokal pertama di Indonesia yang kini memiliki jumlah pelanggan mencapai 1,3 juta orang, mampu membukukan transaksi Rp 8,5 triliun pada akhir tahun 2015 lalu.
Demi memperluas layanan dan jangakaunnya, pada Oktober 2016, DOKU memutuskan untuk bersinergi dengan DIMO, solusi pembayaran dengan cara memindai lewat QR Code. Dikatakan Yolanda, Senior VP Public Relations & Marketing DOKU, sistem pembayaran dengan QR Code terintegrasi dengan uang elektronik DOKU, sehingga dapat langsung digunakan sebagai sumber dana atau berfungsi sebagai dompet digital (e-wallet) dalam bertransaksi.
“Dengan adanya sistem pembayaran ini, uang elektronik DOKU kini dapat digunakan di 2.000 merchant offline bertanda khusus logo PayByQR. Dengan demikian, pengguna uang elektronik DOKU punya lebih banyak pilihan untuk melakukan transaksi di merchant offline berbasis lifestyle. Sebelumnya, DOKU dapat digunakan untuk berbelanja di gerai Alfa Group seluruh Indonesia dengan menggunakan metode online token,” papar Yolanda.
Ditambahkan CEO PT Dimo Pay Indonesia (PayByQR) Brata Rafly, “PayByQR dari DIMO adalah teknologi yang memungkinkan penggunaan perangkat mobile untuk dapat melakukan transaksi pembayaran digital dengan cara yang sederhana cepat dan aman.”
Produk PayByQR dari DIMO, lanjut Brata, dapat dihubungkan ke semua sumber dana apapun guna mendukung mobile users dalam melakukan transaksi non-tunai, kapanpun dan dimana pun. Antara lain sumber dana dari DOKU, Dompetku (Indosat), Uangku (Smartfren), dan T-Money (Telkom)--yang notabene mitra yang telah memanfaatkan PayByQR. Sejatinya, fleksibilitas pengadopsian teknologi PayByQR memungkinkan semua pihak dapat dengan mudah mengadopsi transaksi non tunai untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
“Kerja sama dengan Doku adalah wujud dari salah satu misi DIMO dalam menciptakan ekosistem pembayaran non tunai yang terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat. Termasuk, sebagai bentuk dukungan kami ke pemerintah dalam mewujudkan cashless society di Indonesia,” imbuh Brata.
Richmond Aldien, SVP Consumer Product DOKU, menjelaskan bahwa transaksi menggunakan PayByQR yang ada di aplikasi DOKU sangat mudah untuk dilakukan. “Pengguna hanya perlu membuka aplikasi DOKU, meng-klik ikon Scan QR, lalu mengarahkan kamera smartphone untuk memindai QR code yang ada di struk yang diberikan oleh kasir. Setelah itu, muncul layar konfirmasi pembayaran, lalu klik bayar dan tinggal masukkan pin,” tandasnya.
Saat ini, DOKU yang lebih dulu menyasar segmen korporasi dengan bisnis model B2B (Business to Business), telah memiliki jumlah merchant lebih dari 22.000 dan 15 mitra perbankan. DOKU pun tetap menargetkan pertumbuhan sebesar 30-40 persen tiap tahunnya, termasuk di tahun ini. Salah satu caranya adalah bersinergi dengan DIMO.