Industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia sepanjang Oktober 2015 hingga Oktober 2016 masih mengalami pertumbuhan, meskipun tipis. Laporan Kantar Worldpanel Indonesia menunjukkan bahwa pada periode tersebut, dibandingkan periode sebelumnya, pertunbuhan industri FMCG mencapai 4,4%. Adapun dibandingkan bulan sebelumnya, Agustus 2016, pertumbuhan FMCG mulai melambat, yakni hanya 0,4% di Oktober 2016.
Dari pertumbuhan FMCG yang hanya 4,4% itu, segmen mana yang memiliki buying power tertinggi? Rupanya, lower class yang jumlahnya mencapai 34% dari total penduduk Indonesia, memiliki spending per buyer tertinggi, jika dibandingkan middle class maupun upper class. Spending FMCG lower class tumbuh 7,3% per buyer-nya.
Selanjutnya, disusul oleh middle class yang jumlahnya mencapai 40% dari total penduduk Indonesia. Spending FMCG middle class sanggup tumbuh 3,8% per buyer-nya. Terakhir adalah upper class yang jumlahnya mencapai 26% terhadap total penduduk Indonesia. Pertumbuhan spending FMCG upper class mencapai 0,7% per buyer-nya.
Kendati belanja FMCG per buyer-nya masih positif, namun volume per buyer di semua segmen tercatat minus, alias menurun. Penurunan paling tinggi terjadi di segmen upper class, yang mencapai -2,5%. Adapun middle class dan lower class -0,7%.
Apa penyebab minusnya volume buyer dalam membeli FMCG, padahal spending per buyer-nya masih mengalami kenaikan? Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga per unit produknya. Hal itu terlihat dari kenaikan value atau price per unit di semua segmen. Upper class naik 3,3%, middle class tumbuh 4,6%, dan paling tinggi lower class yang melonjak 8,1%.
Sementara itu, untuk frekuensi belanja, hanya middle class yang mengalami kenaikan, yakni mencapai 0,9%. Sedangkan upper class dan lower class mengalami penurunan frekuensi belanja, yakni -0,6% di segmen upper class dan -2,6% di segmen lower class.