Mitos seputar susu yang beredar di masyarakat kerapkali masih dipercaya. Padahal, mitos tersebut belum tentu benar. Setidaknya, ada lima mitos paling popular tentang susu yang telanjur menyebar sebagai informasi publik.
Hal itu menjadi salah perhatian Frisian Flag Indonesia, produsen aneka produk nutrisi berbasis susu. Sebagai perusahaan yang memiliki komitmen terhadap perbaikan nutrisi masyarakat Indonesia, Frisian Flag melakukan edukasi lewat media untuk mematahkan kelima mitos susu dengan berbagai bukti ilmiah yang dipaparkan para pakar atau ahli.
Pada pertengahan Mei ini (15/5), di Jakarta, Frisian Flag menggelar talkshow bertajuk "FFI MilkVersation: Kupas Tuntas Kebaikan Susu untuk Tunjang Kesehatan Tubuh, Membahas Mitos Vs Fakta Tentang Susu". Di hadiri media atau jurnalis, Frisian Flag melakukan edukasi terkait mitos susu. Sejumlah pakar pun dihadirkan di sana. Di antaranya, Spesialis Gizi Klinis dr. Diana F. Suganda, M.Kes, Sp.GK dan Dokter Timnas Sepakbola Wanita Indonesia ASIAN GAMES 2018 dr. Grace Joselini.
Lantas, apa saja lima mitos susu tersebut? Mitos pertama, susu hanya untuk anak-anak dan orang dewasa tidak butuh susu karena sudah tidak punya lagi enzim untuk mencerna susu. Faktanya, anak-anak memang membutuhkan kalsium dari susu untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Namun, orang dewasa pun tetap membutuhkan kalsium.
Mitos kedua, susu hanya baik untuk kesehatan tulang. Susu memang sumber kalsium yang sangat baik. Namun, kandungan nutrisi dalam susu bukan hanya kalsium, sehingga manfaat susu pun tak sebatas kesehatan tulang.
Mitos ketiga, susu bikin gemuk. “Yang bikin gemuk itu total asupan harian yang melebihi kebutuhan,” tegas dr. Diana. Susu memang mengandung lemak, tapi berdasarkan penelitian di International Journal of Obesity (2004), kandungan kalsium dan protein dalam susu justru dapat membantu penurunan berat badan pada orang dewasa yang obesitas.
Mitos keempat, susu menyebabkan diare. Sebuah metaanalisis dari 21 penelitian (dipublikasi di Journal of Nutrition - 2006) membandingkan efek susu dengan placebo pada individu tanpa gangguan pencernaan. Ternyata ditemukan bahwa laktosa bukan penyebab masalah/gejala saluran cerna seperti diare. Ada banyak penyebab diare, misalnya karena infeksi atau iritasi. “Produk susu yang difermentasi justru bisa digunakan untuk terapi diare,” ucap dr. Diana.
Mitos kelima, hanya jenis susu tertentu yang baik untuk tubuh. Banyak yang menghindari susu full cream dan lebih memiliki susu skim atau susu rendah lemak. “Justru dari penelitian Skandinavian Journal of Primary Health 2013, susu full cream membuat kita lebih kenyang sehingga asupan yang lain berkurang,” tutur dr. Diana. Jadi, jangan takut minum susu full cream. Asalkan sesuaikan dengan asupan total harian.
Dokter Timnas Sepakbola Wanita Indonesia ASIAN GAMES 2018, dr. Grace Joselini, biasa menyarankan para atlet untuk minum susu setelah olahraga, terutama setelah olahraga dengan intensitas berat. “Susu sekarang dinyatakan sebagai post-exercise drink nomor satu,” tegasnya.
Menurutnya, susu memenuhi lima prinsip yang harus didapatkan setelah berolahraga: re-energize, re-vitalize, re-build, re-oxygenate, dan re-hydrate. Karbohidrat yang terkandung dalam susu cepat menggantikan (re-energize) cadangan glikogen yang terpakai saat berolahraga. Adapun kandungan antioksidan, vitamin dan mineral dalam susu akan merevitalisasi (re-vitalize) otot. Kandungan proteinnya akan membentuk kembali (re-build) tubuh dan otot.
(Reporter: Hasbi Hasyidicki)