MIX.co.id - Pandemi telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam bekerja, belajar, maupun berbelanja. Guna menjawab perubahan itu, tak sedikit perusahaan yang beradaptasi dengan menerapkan pola kerja yang baru. Tanpa terkecuali, PT Alita Praya Mitra yang memutuskan untuk menerapkan pola kerja dari mana saja atau Work from Anywhere (WFA) bagi karyawan. Penerapan tersebut sebagai langkah transformasi Alita menuju korporasi fully digital pertama di Indonesia.
Dituturkan Direktur Utama PT Alita Praya Mitra Teguh Prasetya, saat ini pandemi telah bergeser menjadi endemi. Namun, masyarakat masuk dalam era volatility, uncertainty, complexity,dan ambiguity (VUCA) yang penuh ketidakpastian.
“Guna menjawab tantangan VUCA, kita perlu VUCA 2.0, yaitu vision, understanding, courage, dan adaptability. Alita WFA merupakan salah satu langkah untuk bekerja dengan lebih inovatif, cerdas, keras, dan mengadopsi teknologi dengan baik,” katanya pada saat perayaan virtual HUT Alita ke-27, hari ini (16/6).
Lebih jauh ia menerangkan, selama pandemi, Alita terus melakukan kegiatan bekerja dari rumah atau Work from Home (WFH) mengikuti kebijakan pemerintah. “Selama hampir tiga tahun ini, terbukti pola kerja tersebut berhasil meningkatkan produktivitas kerja hingga 50% dan menurunkan biaya operasional kantor hingga 70%” aku Teguh.
Oleh karena itu, ia menilai, diperlukan visi, pemahaman, keberanian, dan kemampuan adaptasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang seimbang. “Dengan Penerapan pola kerja WFA, komunikasi tetap dijaga melalui berbagai saluran komunikasi, salah satunya intranet Go Beyond untuk memudahkan karyawan dalam bekerja dari mana saja,” yakin Teguh.
Alita juga telah menerapkan standar internasional dalam keamanan informasi dengan Sertifikasi Sistem Manajemen Keamanan Informasi atau lebih dikenal dengan Information Security Management Systems (ISMS) ISO 27001. Fita Indah Maulani, Head of Corporate and Marketing Communication PT Alita Praya Mitra, menegaskan, sertifikasi ISMS merupakan gambaran bagaimana perusahaan dapat melindungi serta memelihara kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi.
“Sertifikasi ini diperoleh atas komitmen perusahaan dalam mengelola serta mengendalikan risiko keamanan informasi. Standar operasional prosedur perusahaan harus berjalan sesuai dengan standar keamanan siber, salah satunya mengacu pada ISO 27001,” kata Fita.
Dengan mengantongi ISO 27001:2013, saat ini Alita telah menetapkan persyaratan untuk menetapkan, menerapkan, memelihara, dan terus meningkatkan sistem manajemen keamanan informasi dalam konteks organisasi. Ini juga mencakup persyaratan untuk penilaian dan penanganan risiko keamanan informasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
“Saat ini, Alita telah mengantongi tiga standar internasional melalui sertifikasi ISO, yaitu ISO 9001:2015, sertifikasi yang berorientasi pada layanan pelanggan dan standar manajemen mutu; ISO 45001:2018, standar internasional yang memberikan arahan untuk menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3); dan ISO 27001:2013, standar internasional penerapan sistem manajemen kemanan informasi,” pungkas Fita.