Selanjutnya, Vikram Sinha, President Director and Chief Executive Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), menuturkan bahwa IOH akan berupaya mengembangkan layanan 5G di sejumlah kota untuk mendukung percepatan digitalisasi. "Yang sangat penting adalah soal literasi digital agar masyarakat Indonesia, terutama kaum muda, menggunakan teknologi secara positif. Kemudian, soal UMKM lantaran sektor ini berkontribusi 60 persen bagi ekonomi Indonesia sehingga kita harus mendukungnya. Salah satu inisiatif IOH yakni marketplace Indosat untuk UMKM. Indosat juga punya ID camp, yang memeprsiapkan talent digital untuik berkiprah secara global serta mendorong kiprah perempuan dalam pembangunan ekonomi nasional,” ujarnya.
Sementara itu, Rudiantara, Ketua Umum Indonesia Fintech Society, menerankan, industri telekomunikasi perlu melakukan kolaborasi dalam ekosistem ekonomi digital, di luar bisnis network (jaringan) dan device (perangkat). Industri telko saat ini ada 230 juta pelanggan seluler, sektor keuangan yang pegang rekening ada 150 juta, jadi banyak orang pakai ponsel tapi tidak punya akses keuangan. Aplikasi juga tumbuh luar biasa, digital economy paling tinggi di e-commerce, semua transaksinya pasti menggunakan uang. Untuk itu, fintech berupa payment sistem dan lending, pertumbuhannya jauh di atas industri telko.
"Inilah peluang yang besar untuk tumbuhkan digital. Selama mindset bisnis tidak di network saja, tetapi aplikasi, tanpa harus punya lisensi misal fintech karena regulasi sangat ketat, maka operator bisa kembangkan sektor digital dengan data-data tersebut,” sarannya.
Analis bursa saham Reza Priyambada juga mengungkapkan hal senada dengan Rudiantara. Dalam paparannya, pertumbuhan industri telko memang tidak sekencang industri digital. Kinerja dari Telkom, Isat, Fren, XL tercatat sampai Q3 2022 pertumbuhannya single digit dari sisi pendapatan. "Sesuai perkembangan zaman adanya disrupsi, justru peluang masih ada," pungkas Reza.
Heru Sutadi Direktur Eksekutif ICT Institute concern pada badai PHK yang dihadapi industri digital RI saat ini. Menurut dia, penurunan investasi startup dunia akan berdampak ke pengembangan bisnis digital di RI, sehingga banyak startup didorong masuk IPO.
Nailul Huda Analis Indef mengatakan, pada 2023 Indonesia kemungkinan besar tidak akan masuk resesi, namun masuk perlambatan ekonomi. Bahkan, Indonesia bisa jadi episentrum ekonomi di tengah perlambatan tahun depan. "Tahun 2021, investasi digital RI Rp 144 triliun. Banyak sekali perusahan startup digital dapat dana fantastis misal di pendidikan ruanggguru, dapat dana lalu eskpansi besar. Tahun 2022, saat cost investment naik gara-gara cost of fund, investasi digital RI hanya Rp 53,58 trilun per November 2022, turun 50 persen lebih. Kalau startup masih andalkan pendanaan maka cashflow terancam maka efisiensi dengan PHK," pungkasnya.