MIX.co.id - Studi yang dilakukan Change.org Indonesia, Katadata Insight Center (KIC), dan KawalCOVID19.id mengungkapkan, 77,9% dari 8.299 responden mengaku sudah divaksin. Sementara itu, 69,8% menyebutkan bahwa vaksinasi adalah tanggung jawab mereka sebagai warga negara agar dapat membasmi Covid-19.
Hasil studi yang digelar pada 6-21 Agustus 2021 secara online ke seluruh Indonesia dengan melibatkan 8.299 responden dengan menggunakan metode convenience sampling ini juga menemukan fakta bahwa 13,6% responden menyebutkan bahwa meski ingin divaksinasi, namun mereka belum melakukan vaksinasi. Alasan utamanya karena proses mendapatkan vaksin rumit serta antreannya panjang dan ramai (34,33%). Sebanyak 17,9% dari mereka tidak mengetahui harus pergi ke mana untuk mendaftar. Bahkan, 15,9% mengaku kehabisan antrean dan kuota vaksin.
Namun, ada 701 responden yang menyebutkan bahwa mereka belum dan tidak ingin divaksinasi. Alasan utamanya adalah mereka merasa tidak membutuhkan vaksin selama bisa menjaga imunitas tubuh (70,2%), tidak percaya efektivitas vaksin (53,7%), dan memiliki penyakit bawaan (12,4%). Sekitar 76% dari responden yang belum dan tidak ingin divaksinasi adalah kelompok dewasa muda berusia 18-44 tahun.
Dipaparkan Manajer Riset Katadata Insight Center (KIC) Vivi Zabkie, dari 1.130 responden yang bersedia namun belum divaksinasi, 26,2% dari mereka menyebutkan tidak tahu cara mendapatkan vaksin. “Mayoritas dari kelompok ini berharap agar informasi tentang vaksinasi muncul di kanal yang bersifat langsung dan dekat dengan lingkungan mereka, seperti pengumuman dari ketua RT/RW (60,5%), disusul kanal informasi publik non pemerintah (50,8%),” ucapnya.
Selanjutnya, pada kelompok yang sudah divaksinasi maupun yang belum tapi ingin divaksinasi, yang total jumlahnya mencapau 7.528 orang, ternyata 80,2%-nya menyatakan mudah mendapatkan informasi tentang jenis-jenis dan kemanjuran vaksin. Rata-rata dari mereka mendapatkan informasi tersebut melalui kanal informasi publik non pemerintah (61,9%), disusul media sosial pemerintah pusat (42.2%), dan pemberitaan/iklan di televisi (24,6%).
Sisanya, 19,8% menyatakan tidak mudah mendapatkan informasi tentang kemanjuran vaksin dan jenis-jenisnya. Dan, 56,6% mengharapkan informasi tersebut bisa didapatkan di media sosial pemerintah pusat, kanal informasi publik non pemerintah (54,2%), dan pemberitaan/iklan di televisi (47,6%).
Sementara ketika ditanya siapa yang dipercayai untuk memberi informasi tentang vaksinasi, 48,6% dari total responden yang berjumlah 8.299 orang mempercayai informasi dari WHO dan CDC, diikuti oleh dokter (48,1%), dan Satgas COVID-19 (47,2%). “Sedangkan yang menduduki peringkat terendah dari segi kepercayaan adalah tokoh politik (2%), WhatsApp broadcast (2,6%), lalu influencer dan selebriti (3,7%),” urainya.