Perubahan lainnya adalah cara orang Indonesia dalam membuat pilihan merek. Konsumen Indonesia semakin bertanya, “Apa untungnya UNTUK SAYA?” Saat ini, para pemilik atau pengelola merek tidak bisa hanya mengandalkan ketenaran, distribusi, dan sebagainya. Sebab, kebutuhan kebutuhan akan kebermaknaan brand menjadi pemicu konsumen dalam memilih merek. Konsumen juga menjadi lebih menuntut, mulai dari tuntutan berupa pengalaman memuaskan yang instan, hingga manfaat jangka panjang yang berkelanjutan yang dapat diberikan brand.
Dalam konteks perubahan dalam cara hidup, lebih jauh ia menjelaskan, saat pandemi orang Indonesia telah menghabiskan banyak waktu di rumah. Mulai dari bekerja, mengasuh anak, sekolah, bersosialisasi, konsumsi media, belanja, dan sebagainya semua dilakukan dari rumah. “Dan, 84% orang Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak ingin kembali WFO (Work from Office penuh waktu, tetapi mereka juga tidak ingin bekerja WFH (Work from Home) penuh waktu,” ucapnya.
Sementara itu, 49% orang Indonesia mengungkapkan bahwa interaksi sosial sebagai hal yang paling sulit untuk ditinggalkan selama pandemi. Oleh karena itu, dikatakan Nadya, terjadi perubahan gaya hidup di Indonesia, seperti munculnya sesi Zoom Arisan, Nongkrong Virtual, kelas olahraga virtual, dan sebagainya.
“Oleh karena itu, gaya hidup hybrid, yakni kombinasi antara online dan offline, dapat digunakan brand untuk membantu kehidupan konsumen menjadi lebih mudah dan menyenangkan,” pungkasnya.