Dalam konteks tersebut, para influencer juga berperan lebih dari sekadar penyebar berita atau trend. Mereka menjadi bagian dari sebuah pergerakan yang lebih besar, yaitu mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan para selebriti yang selama ini dianggap sempurna.
Lewat apa yang disebut dengan paratekstualisasi dalam studi oleh Batista dan de Souza-Leão (2024), para influencer ini memanfaatkan platform mereka untuk memperlihatkan bahwa diva pop juga manusia biasa dengan segala kekurangan dan kesulitan yang mereka hadapi.
Melalui blog, vlog, dan berbagai bentuk konten digital lainnya, kisah-kisah tentang kesulitan hidup, perjuangan dengan masalah kesehatan mental, dan tantangan dalam menjaga citra di mata publik mulai terkuak. Para influencer ini tidak lagi hanya menampilkan keindahan yang glamor, tapi juga realitas yang jauh dari sempurna, seperti kecemasan, kelelahan, dan ketidakamanan yang kerap dirasakan oleh para diva pop.
Proses deglamorisasi ini tidak hanya memperluas pemahaman kita tentang realitas hidup para selebriti, tapi juga membantu publik untuk merasa lebih dekat dan lebih empati terhadap mereka. Hal ini, menurut Batista dan de Souza-Leão, menunjukkan urgensi untuk mengatasi utopisme yang selama ini dibangun oleh industri hiburan.
Menunjukkan bahwa para diva pop dan politisi juga mengalami kegagalan dan kesulitan, sama seperti kita semua, membantu menghapus stigma dan tekanan untuk selalu sempurna yang kerap menjadi beban bagi banyak orang, terutama di era media sosial ini.
Selain itu, peran influencer dalam memanfaatkan kecanggihan AI dan algoritma untuk menyesuaikan konten yang mereka sajikan juga meningkatkan cara interaksi mereka dengan pengikutnya. Ini membuka jalan baru dalam storytelling digital di mana kisah autentik dan tidak diglamorisasi menjadi lebih berharga dan memiliki dampak yang lebih dalam.
Kita hidup di zaman di mana citra dan penampilan di media sangat menentukan bagaimana seseorang dinilai oleh publik. Namun, dengan adanya tren baru ini, ada harapan bahwa kita akan bergerak menuju masyarakat yang lebih menerima keberagaman bentuk kehidupan manusia, tanpa harus selalu diglamorisasi. Proses ini, walaupun lambat dan penuh tantangan, merupakan langkah penting dalam memperluas pemahaman dan empati kita sebagai masyarakat.
REFERENSI:
Batista, M. A. M., & de Souza-Leão, A. L. M. (2024). People Like Us: Pop Divas' Image Deglamourization by Digital Influencers. Brazilian Business Review, 21(4), 1-23. https://doi.org/10.15728/bbr.2022.1301.en