Sementara itu, Wakil Direktur Utama Indosat Ooredoo Hutchison Danny Buldansyah menegaskan bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai Rp 1.800 triliun pada 2027, menjadikannya sektor strategis dalam pertumbuhan PDB. "Indosat fokus pada pengembangan teknologi seperti AI dan big data, dengan inisiatif seperti Sahabat AI bersama GoTo, AI Merdeka dengan NVIDIA, dan Banking AI untuk digitalisasi perbankan," tandasnya.
Masih pada sesi diskusi, Djatmiko Djati, PLT. Direktur Eksekutif Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), menyampaikan langkah strategis untuk mendukung pencapaian Asta Cita, dengan menekankan bahwa sektor telekomunikasi adalah salah satu kunci dalam mempercepat kemajuan industri digital Indonesia. "Keberhasilan sektor telekomunikasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia," ia meyakini.
Sigit PW Jarot, Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional MASTEL, menambahkan bahwa sinergi lintas sektor akan mempercepat pencapaian "Asta Cita Harapan MASTEL." Menurutnya, transformasi digital membutuhkan orkestrasi dan kolaborasi lintas sektor agar dampaknya dapat dirasakan secara luas.
Mohamad Rosidi, Direktur ICT Strategy & Business Huawei Indonesia, juga mengingatkan pentingnya penguatan infrastruktur digital seperti 5G dan fiber optik untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. "Setiap dolar yang diinvestasikan dalam infrastruktur ICT dapat memberikan dampak besar terhadap GDP," urainya.
Dalam konteks ini, Plt. Direktur Jenderal Teknologi Pemerintah Digital Komdigi Ismail, juga menyampaikan pandangannya mengenai infrastruktur digital sebagai dasar transformasi digital Indonesia. "Visi Indonesia Digital 2045 membutuhkan konektivitas yang memadai melalui tiga teknologi utama, yakni fixed broadband, mobile broadband, dan satelit. Selanjutnya, ada tiga pendekatan pemerintah untuk membangun infrastruktur digital yang harus dilakukan secara bersamaan, yakni pendekatan langsung oleh pemerintah, koordinasi dan sinergi dengan pihak lain, serta dukungan eksternal dari negara asing dan vendor," ujarnya.
Selain infrastruktur dan talenta, Sigit PW Jarot juga menyoroti pentingnya regulasi yang mendukung kolaborasi lintas sektor. "Tanpa regulasi yang adaptif, perkembangan industri digital akan stagnan," ungkapnya.
Ia mengajak semua pihak untuk tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi jangka pendek, tetapi juga pada keberlanjutan ekosistem digital yang dapat bertahan dalam persaingan global.
Sigit juga optimistis bahwa transformasi digital bukan hanya tantangan, tetapi peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama di tingkat global. "Dengan orkestrasi yang tepat, Indonesia dapat memimpin ekonomi digital di Asia Tenggara," ujarnya.
Selanjutnya, Endra Diputra, VP Corporate Strategy, Innovation, Sustainability & Marketing Telkomsel, menegaskan komitmen perusahaan untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan visi "Indonesia Emas 2045" melalui pencapaian program Asta Cita.
Endra juga menekankan pentingnya penyediaan konektivitas dan solusi inovatif, seperti smart factory dan IoT, untuk mendukung hilirisasi dan industrialisasi. Melalui berbagai inisiatif, termasuk pengembangan jaringan 5G dan ekosistem kendaraan listrik, Telkomsel berupaya menjadi pusat dari ekosistem digital nasional.