Dalam beberapa tahun terakhir, perbankan syariah makin diminati pasar Indonesia. Hal itu ditandai dengan pertumbuhan perbankan syariah yang melebihi perbankan konvensional maupun nasional. Pada Juli 2020 misalnya, pertumbuhan aset perbankan syariah mencapai 9,88%, pertumbuhan kredit atau pembiayaan mencapai 10,23%, dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 8,78%.
Dikatakan Ketua Umum Perkumpulan Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Toni E.B. Subari, pada saat ‘Media Workshop Literasi dan Inklusi Perbankan Syariah’ yang digelar Mandiri Syariah secara virtual hari ini (25/9), “Pertumbuhan perbankan syariah di atas pertumbuhan perbankan konvensional maupun nasional.”
Sementara itu, pada periode yang sama, Juli 2020, pertumbuhan aset, kredit, dan DPK perbankan konvensional masing-masing hanya mencapai 5,37%, 1,04%, dan 8,44%. Adapun pertumbuhan aset, kredit, dan DPK perbankan nasional masing-masing mencapai 5,63%, 1,61%, dan 8,46%.
“Kian diminatinya perbankan syariah dapat dilihat dari terus bertumbuhnya market share perbankan syariah jika dibandingkan perbankan konvensional. Market share perbankan syariah terus menunjukkan peningkatan, yakni dari sebesar 5,78% pada 2017 menjadi 6,18% pada Juni 2020,” papar Toni, yang juga Direktur Utama Mandiri Syariah.
Padahal, menurutnya, tingkat literasi dan inklusi perbankan syariah masih tercatat rendah. Indeks literasi bank syariah hanya 8,11%, sedangkan indeks inklusi baru mencapai 11,06%. Bandingkan dengan indeks literasi bank nasional yang sudah mencapai 29,66%, sedangkan indeks inklusinya sudah mencapai 67,82%.
“Kendati demikian, ada potensi pasar syariah yang besar di Indonesia. Ada 44% atau 100 juta individu yang berpotensi menjadi nasabah bank syariah. Hal ini didasari oleh keyakinan penduduk Indonesia yang percaya bahwa prinsip syariah merupakah salah satu preferensi yang penting dalam hidup mereka. Terbukti, nasabah individu di Indonesia menempatkan prinsip syariah sebagai preferensi kedua setelah reputasi bank. Preferensi nasabah individu ini jauh berbeda dengan nasabah dari segmen korporat. Nasabah korporat menempatkan prinsip syariah sebagai preferensi keenam terkait pilihan perbankan mereka,” ia menguraikan.
Optimisme akan besarnya pontesi pasar perbankan syariah juga diperkuat dengan usia perbankan syariah yang masih relatif muda, yakni 28 tahun. Sementara itu, perbankan konvensional sudah 125 tahun. “Saat ini, jumlah pelaku industri bank umum konvensional sudah mencapai 96 bank, sedangkan bank umum syariah baru mencapai 14 bank. Meski jumlahnya masih sedikit, namun perbankan syariah sudah berhasil masuk ke dalam jajaran Top 30 bank umum nasional,” ungkap Toni.
Toni mencontohkan, pada Juni 2020, Mandiri Syariah sudah berhasil masuk dalam jajaran Top 30 Bank Umum Nasional. Berdasarkan Aset, Mandiri Syariah berhasil masuk peringkat ke-15, dari sisi DPK masuk peringkat ke-11, dari sisi tabungan berada pada posisi ke-6, dan dari sisi kredit atau pembiayaan menempati peringkat ke-16.
Peringkat ini juga sejalan dengan pertumbuhan positif kinerja Mandiri Syariah per 30 Agustus 2020 (YoY). Pada Agustus 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, pembiayaan Mandiri Syariah mencapai Rp 76,66 triliun atau tumbuh 6,18%. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun pada per Agustus 2020 mampu mencapai Rp 99,12 triliun atau naik 13,17% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, laba setelah pajak yang berhasil diperoleh Mandiri Syariah per Agustus 2020 mencapai Rp 957 miliar atau naik 26,58% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Diakui Toni, “Salah satu kunci yang saat ini menjadi semakin penting adalah digitalisasi perbankan syariah. Kondisi pandemi Covid-19 menjadi momentum untuk berinovasi sekaligus mengoptimalkan teknologi digital. Apalagi saat ini, platform perbankan digital menjadi channel utama untuk nasabah bertransaksi sehari-hari.”
Direktur IT, Operations & Digital Banking Mandiri Syariah Achmad Syafii menambahkan, Mandiri Syariah terus menjalankan proses digitalisasi produk dengan fokus kepada customer (customer centric) untuk memenuhi kebutuhan nasabah, terutama di tengah situasi pandemi Covid-19.
“Kami gencar melakukan transformasi layanan digital dan mengimplementasikan dalam aplikasi Mandiri Syariah Mobile, Net Banking, maupun layanan digital branch. Fokus Mandiri Syariah adalah memberikan solusi dan kemudahan bagi nasabah. Layanan seperti buka rekening online, tarik tunai tanpa kartu ATM, hingga layanan interaktif virtual Aisyah yang dapat diakses 24/7, merupakan layanan digital yang baru dimiliki Mandiri Syariah sampai saat ini,” pungkas Achmad Syafii.