Maraknya jasa transportasi berbasis online seperti yang ditunjukkan oleh Gojek, Grabbike dan Ubertaxi memicu opini dan pendapat berbagai kalangan, tidak terkecuali Express Group yang memiliki brand Express Taxi dan Eagle Taxi. Dikatakan David Santoso, Direktur Keuangan Express Group, “Banyak diantara mereka bukan perusahaan transportasi yang legal dan jelas itu melanggar hukum dan kami tidak takut terhadap kompetisi yang seperti ini karena saya melihat hal itu hanya fenomena atau trend.”
Express Group menilai, fenomena transportasi yang ditunjukkan oleh beberapa pihak lewat teknologi berbasis aplikasi sifatnya hanya sementara. Mengapa demikian? Menurut David, pemberian diskon yang besar – besaran dan tak wajar tersebut jelas menguntungkan konsumen tapi sejauh mana mereka akan tahan. “Di satu sisi, pemberian insentif yang tidak berlebihan juga memang terkesan bagus untuk para driver tapi sejauh mana hal tersebut akan efektif kepada perusahaan,”
Sehingga, lanjut David, saya melihat hal ini sifatnya hanya sementara dan trend. Terlebih lagi, beberapa perusahaan berbasis online tersebut memberikan insentif kepada driver mereka dengan angka yang tidak masuk akal. “Kami sudah berada di bisnis ini sangat lama dan paham sekali apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara meraih pasar serta mengembangkan para driver sebagai ujung tombak perusahaan,” imbuh David.
Dikatakan David, Express Group melihat ini bukan suatu hal yang aneh bagi kami, karena sejatinya mereka (Ubertaxi, Grabbike dan Gojek) bukanlah perusahaan transportasi yang sah. “Kejadian beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa ditangkapnya pengemudi Ubertaxi oleh Polda Metro Jaya sebagai taksi gelap sudah jelas memberikan sinyal kepada industry bahwa dunia transportasi haruslah legal dan safety kepada konsumennya.”
Tidak ada dibelahan dunia manapun, sebut david, yang mengijinkan motor sebagai alat transportasi umum. “Terlalu riskan dan jelas melanggar hukum, begitu juga dengan keberadaan taksi gelap (Ubertaxi) yang dalam beberapa kasus memperlihatkan tingkat keamanan kepada penumpangnya kurang.”
Sebenarnya, sebut David, fenomena jasa transportasi berbasis online ini adalah lebih kepada peluang untuk memanfaatkan gap terhadap kemacetan Jakarta. Namun, terangnya, jika transportasi umum membaik maka fenomena ini lambat laun akan luntur. “Kami hanya ingin perlakuan dan persaingan yang adil, jika ingin bermain di industry transportasi maka harus ikuti aturan yang sudah ditentukan regulator (pemerintah),” kata David.
“Mobil kita kan semuanya plat kuning, resmi dari pemerintah dan mengikuti semua aturan yang berlaku. Jika ingin bersaing maka ayo bersaing secara adil. Sehingga tercipta persaingan yang sehat.”
Namun, pihak Express Group juga tidak menampik bahwa dengan banyaknya kompetitor yang bermain di online membawa dampak terhadap permintaan taksi, tapi hal tersebut dikatakan David, tidak terlalu signifikan. Oleh karena itu, Express group juga melakukan kerjasama dengan Grabtaxi karena mereka berkomitmen untuk melakukan kerjasama dengan perusahaan taksi resmi dan bukan menggunakan plat hitam.
Namun, jika Grabtaxi menggunakan plat hitam maka kita akan menolak mereka. “Kita berpegang teguh sebagai perusahaan terbuka yang berpatokan kepada peraturan pemerintah bahwa harus berplat kuning. Itu kata organda loh, dan kami taat terhadap hal tersebut. Namun kami juga sekarang mulai focus untuk mengembangkan teknologi milik sendiri untuk menjawab tantangan pasar terhadap kebutuhan taksi secara online,” tegasnya.
Sementara ini, ungkap David, terlebih dulu kami harus memperkuat armada dengan menambah unit kendaraan dan pool taksi yang dekat dengan kantong – kantong penumpang seperti di kawasan Tanah Abang dan Jakarta Pusat. Maka tak heran, jika pada Senin, (31/8/2015), lewat brand Eagle, Express Group meresmikan pool ke-7 di area gedung parkir lantai 9 Thamrin City Mal.
“Sampai tahun 2015 ini, Pool di kawasan Thamrin City adalah pool ke-7 yang langsung menyasar konsumen (penumpang) yang memang pasarnya sangat besar di kawasan ini, terutama di Jakarta Pusat. Sedikitnya kami menginvestasikan hingga Rp 200 juta per mobil kendaraan untuk seluruh merek Eagle. Dan kedepannya kami akan meluncurkan brand taksi MVP yang menyasar pusat kota.”
Dengan jumlah armada mencapai 11.700 unit saat ini, Express Group akan terus ekspansi, terutama infrastruktur. “Marketnya ada dan banyak sekali sehingga kami berinvestasi membuat pool ini dengan total kendaraan di pool baru ini mencapai 165 unit dengan total target 1500 unit baru sepanjang tahun 2015,” sebut David.
“Kami sangat percaya diri bahwa pool ini sebagai titik supply akan menambah pendapatan kita karena Eagle akan melayani banyak penumpang di daerah padat ini seperti Thamrin City, Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Thamrin Residences, Cosmo Residences dan lainnya.”