MIX.co.id - Menyambut Hari Perempuan Internasional, hari ini (8/3), Katadata menggelar webinar “Women Leaders Forum (WLF) 2022: Achieving an Equal Future”. Pada kesempatan ini, Women in Business Action Council, Presidensi B20 Indonesia, dan PT Unilever Indonesia, Tbk. turut ambil bagian dalam webinar tersebut.
Ira Noviarti, Presiden Direktur PT Unilever Indonesia, Tbk. sekaligus Chair dari Women in Business Action Council, Presidensi B20 Indonesia (B20 WiBAC), menuturkan, “Unilever Indonesia terus melakukan penguatan komitmen dan kemitraan untuk menciptakan kesetaraan gender di seluruh value chain perusahaan. Hal ini sejalan dengan salah satu pilar keberlanjutan dalam strategi ‘The Unilever Compass’, yaitu berkontribusi pada dunia yang lebih adil dan inklusif. Tidak hanya itu, upaya untuk mendobrak bias gender juga dilakukan Unilever Indonesia melalui kampanye yang diusung oleh sejumlah brand kami, guna menciptakan iklim kesetaraan gender yang lebih luas di tengah masyarakat.”
Dia mencontohkan, Unilever mengedepankan keseimbangan gender di ruang lingkup perusahaan, di mana saat ini, 5 dari 9 Board of Directors Unilever adalah perempuan. Sementara itu, di level senior leader, Unilever juga sudah mencapai persentase hampir 50% perempuan.
Sejatinya, semangat tersebut sejalan dengan yang diperjuangkan oleh B20 WiBAC, yakni mendorong representasi kepemimpinan perempuan. Sebagai gambaran, data yang dikumpulkan B20 WiBAC menunjukan bahwa sampai Maret 2021, posisi Board of Directors rata-rata diduduki hanya 25,5% perempuan. Bahkan, hanya 7% dari perusahaan-perusahaan dalam Russell Index 3000 yang memiliki dewan direksi yang seimbang secara gender.
Oleh karena itu, lanjut Ira, B20 WiBAC akan mencoba memformulasi rekomendasi-rekomendasi strategis untuk menjawab dua tantangan. Tantangan pertama adalah apa langkah-langkah yang paling efektif yang dapat diambil pemerintah dan pelaku bisnis untuk mengakselerasi transformasi budaya dan kebijakan di lingkungan kerja guna mendorong peluang yang lebih besar bagi perempuan. Tantangan kedua, pelatihan dan pengembangan kepemimpinan seperti apa yang dapat secara signifikan mendorong kemajuan perempuan di tempat kerja.
Kedua tantangan tersebut akan diamati dan ditindaklanjuti secara struktural, sambil memastikan bahwa agenda yang disampaikan dapat dilanjutkan oleh negara-negara penanggung jawab Presidensi B20 selanjutnya. “Pada akhirnya, diharapkan akan tercipta sebuah support system yang sustainable bagi perempuan-perempuan yang ingin melangkah lebih maju,” kata Ira.
Penny Williams PSM, Duta Besar Australia untuk Indonesia, menambahkan, ketimpangan gender merupakan persoalan yang sudah ada dari generasi ke generasi, sehingga membutuhkan waktu panjang untuk memperbaiki hal tersebut. Pandemi Covid-19 pun semakin menunjukkan adanya ketimpangan antara perempuan dan laki-laki, salah satunya ditunjukkan oleh laporan Global Gender Gap Index 2021, yang menempatkan Australia berada di nomor 50 dari 156 negara.
"Pemerintah Australia mengakui ada ketimpangan dalam keterlibatan perempuan dan juga masalah di tempat kerja, ada juga masalah kehilangan pekerjaan, karena biasanya perempuan bekerja di dalam sektor informal. Kami terus mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut, termasuk terus bekerja sama dengan Indonesia untuk memberikan kepemimpinan serta advokasi yang kuat dalam memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Concern yang kami miliki untuk Indonesia adalah bagaimana kita bisa mencapai pemberdayaan perempuan tanpa harus terkena dengan isu-isu yang ada, serta bagaimana perempuan dapat terlibat dalam pembuatan keputusan dan yang lainnya,” tutup Penny.