Menyambut Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2021, PT Unilever Indonesia, Tbk. bersama Perkumpulan Pemulung Indonesia Mandiri (PPIM) menggelar program pemberdayaan untuk 3.000 pemulung Indonesia. Sejatinya, program ini merupakan salah satu bentuk dukungan Unilever dalam mewujudkan ekonomi sirkular di Tanah Air. Program Unilever Indonesia dan PPIM ini merupakan kelanjutan kerja sama kedua institusi yang berawal di tahun 2020.
Dijelaskan Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia, Tbk., “Unilever Indonesia terus berkomitmen membantu mengatasi permasalahan plastik mulai dari hulu, tengah, hingga hilir rantai bisnisnya. Dalam menjalankan komitmen ini, kami percaya bahwa plastik sebagai bagian tak terpisahkan dari keseharian memiliki tempat tersendiri di dalam ekonomi, dan tidak seharusnya tercecer begitu saja di lingkungan.”
Lebih jauh ia menjelaskan, studi terbaru yang Unilever lakukan bersama Sustainable Waste Indonesia (SWI) menunjukkan bahwa dari 189.349 ton sampah plastik rata-rata/bulan yang dihasilkan di Pulau Jawa, hanya 11,83% yang dapat dikumpulkan. Sementara itu, sisanya, sebanyak 88,17%, berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau tidak terangkut, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.
“Jika dikelola dengan baik, sampah plastik justru dapat memberikan nilai ekonomi, sehingga transisi menuju konsep ekonomi sirkular kini menjadi semakin krusial untuk mengubah permasalahan sampah plastik menjadi peluang menuju pemulihan ekonomi nasional,” papar Nurdiana.
Melalui kolaborasi Unilever Indonesia dan PPIM, ditargetkan ada 3.000 pemulung sebagai penerima manfaat yang terlibat dalam rangkaian program edukasi dan pemberdayaan masyarakat ini. Adapun program edukasi yang digelar meliputi pelatihan literasi keuangan, keterampilan berkomunikasi, hingga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang diharapkan dapat menjadi modal dasar bagi para pemulung untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
“Kita semua memiliki peranan masing-masing untuk mewujudkan ekonomi sirkular. Mulai dari ruang lingkup terkecil, yaitu keluarga, para pemulung, pelapak, pelaku industri, hingga pemerintah pada tatanan regulasi. Sebagai pelaku industri, hingga tahun 2020, Unilever Indonesia bersama dengan para mitra telah berbagi peran dalam membantu pengumpulan dan pemrosesan lebih dari 13.000 ton sampah plastik di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Ditambahkan Dr. Ir. Novrizal Tahar, IPM, Direktur Pengelolaan Sampah, Direktorat Jenderal PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kehutanan Republik Indonesia, potensi pengelolaan sampah untuk mendukung perekonomian kian terlihat nyata selama pandemi.
“Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, dan limbah merupakan tiga dari tujuh sektor yang masih bertumbuh secara positif, yaitu 6,04%. Fakta ini merupakan kabar baik bagi pengelolaan sampah di Indonesia, karena menggambarkan bahwa bidang pengelolaan sampah adalah sektor usaha yang terus menggeliat. Oleh karena itu, melalui peringatan HPSN 2021 yang mengusung tema ‘Sampah Bahan Baku Ekonomi di Masa Pandemi’, pemerintah mendorong kolaborasi dari seluruh pelaku rantai nilai sampah menuju terciptanya ekonomi sirkular sebagai babak baru pengelolaan sampah di Indonesia,” paparnya.
Sementara itu, diungkapkan Dr. Alin Halimatussadiah, Ph.D, Ketua Kajian Ekonomi Lingkungan, LPEM FEB UI, agar mampu memberikan dampak ekonomi yang nyata, perwujudan ekonomi sirkular harus melibatkan peran dan fungsi setiap pelaku rantai nilai sampah, yang terdiri dari begitu banyak pihak, mulai dari pemerintah, dunia usaha/industri, sektor informal, hingga masyarakat pada setiap siklus tahapan pengelolaan sampah.
“Pemulung memiliki peran sentral yang patut diperhatikan karena merekalah yang berjasa mengumpulkan sampah sebagai bahan baku yang mendukung industri daur ulang. Oleh karena itu, sudah saatnya kita melekatkan para pemulung ke dalam kesatuan rantai nilai pengelolaan sampah yang lebih utuh,” ujar Dr. Alin.