PR Harus Adaptif Jika Tidak Ingin Lenyap

Media sosial membuka peluang sekaligus tantangan bagi praktisi Public Relations (PR). Kehadiran influencer, key opinion leader, social justice warrior, buzzer, selebgram, dan selebtweet, mampu menyampaikan pesan tertentu untuk menggerakkan publik secara masif di media sosial, bahkan di dunia nyata.

Fakta tersebut menggugah Agung Laksamana, Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) untuk kemudian menuangkan gagasan dan pemikirannya ke dalam buku bertajuk Adapt or Die. Buku yang dirilis di pengujung tahun 2020 tersebut menunjukkan realita lanskap dunia PR yang telah berubah.

Buku Adapt or Die!Navigating the new world of PR! mengupas fenomena perubahan lanskap dunia PR baik dari aspek Artificial Intelligence (AI), Robot, era baru jurnalisme, hoaxes, fakenews serta era Adaptasi kebiasaan baru.

Membuka bab pertama bertajuk “A Whole New World!”, ia mengutip judul lagu dari animasi Aladdin, “I can't go back to where I used to be... A whole new world.” “Lirik ini relevan di tahun 2020 ini karena kita telah berada di sebuah dunia yang baru,” ujar Agung yang juga menjabat Corporate Affairs Director APRIL Group.

Terbitnya buku ini waktunya pas dan relevan dengan kondisi sekarang. Pandemi telah mengubah tatanan bisnis, cara kita bekerja dan bersosialisasi. Buku ini ingin menitikberatkan pentingnya beradaptasi sebagai sebuah keharusan! Tidak bisa ditawar lagi oleh praktisi PR jika tidak ingin profesi ini hilang atau lenyap.

Realita saat ini dengan hadirnya AI, Robot, new jurnalisme, influencers baru dan Covid-19 telah mengubah dunia. Menurut Agung, lanskap industri PR termasuk praktisi PR dipaksa segera berubah secepat mungkin menyesuaikan diri dengan “dunia baru” ini.

Penulis jelaskan banyak profesi yang tergerus oleh kemajuan teknologi, salah satunya bisa jadi adalah PR. Di sinilah titik argumen buku ini, di mana PR harus adaptif, jika tidak ingin obsolete bahkan lenyap.

Buku Adapt or Die disajikan dengan gaya bercerita, terdiri dari 5 Bab dengan 135 halaman yang berisi kisah-kisah PR dan insights dari berbagai sumber.

Sihol Aritonang, Chairman of Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) menyatakan bahwa buku ini menghadirkan new shocking realities dunia PR sekaligus mengajak praktisi untuk merangkul kompleksitas agar PR tetap kontinyu memberikan values.

Arif Satria, Rektor Universitas IPB mengungkapkan, “Storytelling menjadi kekuatan dari buku ini. Pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai praktisi PR yang dicampur dengan kisah sehari-hari membuat buku menjadi bacaan wajib praktisi PR.”

Pada bab akhir, penulis lontarkan pertanyaan fundamental, apa yang tidak akan berubah dalam didunia PR dalam 10 tahun ke depan? Di sinilah argumentasi Agung bahwa membangun Relationship dan Trust adalah kunci dan fundamental dari PR.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)