Konsultan pengoptimalan pembuatan konten, Advertising Production Resources (APR), resmi merilis studi “2021 & Beyond Content Creation Trends & Predictions”. Studi ini mengungkapkan berbagai transformasi besar yang dialami industri produksi selama pandemi dan bagaimana transformasi tersebut akan terus mempengaruhi pembuatan konten di tahun-tahun mendatang.
“Lanskap industri pembuatan konten telah berubah secara definitif. Dengan demikian, muncul kesempatan untuk menguji model pembuatan konten baru. Tahun 2020 memberi kami kesempatan untuk berkembang sebagai sebuah industri, karena kami tidak percaya bahwa model produksi tradisional melayani kami dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan pemasar saat ini,” tutur Pendiri dan CEO APR Jillian Gibbs, dalam siaran pers yang diterima MIX.
Tren tahun ini mencakup analisis tentang peningkatan permintaan konten dalam skala besar, konten yang dibuat khusus untuk eCommerce, dan pergeseran besar menuju produksi terpusat yang dimulai dengan akselerasi digital selama 18 bulan terakhir.
Selain itu, yang juga meningkat adalah kebutuhan akan sistem Manajemen Aset Digital (DAM) yang lebih kuat, proses yang efisien untuk mencari dan bergabung dengan mitra pembuatan konten Fit-for-Purpose, dan peran penting tata kelola data dalam ekosistem produksi modern.
Salah satu temuan dari hasil studi ini adalah jika di masa lalu merek sering memimpin dengan konten top-of-the-funnel, maka saat ini para pemasar akan memimpin dari tingkat menengah dan bawah guna memastikan semua persyaratan aset terpenuhi sesuai anggaran demi mendukung rencana pemasaran. Itu artinya, perusahaan akan mencari cara yang lebih efisien untuk menghasilkan konten dalam skala besar, terutama untuk kampanye yang dipersonalisasi secara real-time.
“Data terbaru menunjukkan bahwa kami telah melompat lima tahun ke depan dalam mengadopsi konsumen digital dan bisnis digital hanya dalam waktu delapan minggu. Konsumen berada dalam dunia digital secara konstan, yang memerlukan pendekatan inovatif untuk pembuatan konten. Sebagai hasilnya, kami telah menyaksikan peningkatan jumlah aset yang dibutuhkan untuk diproduksi di seluruh media dan permintaan substansial untuk pesan pengalaman yang ditargetkan yang didorong oleh data yang relevan,” lanjutnya.
Temuan lainnya, eCommerce beralih dari toko online sederhana ke brand experience yang lebih mendalam. Dia mencontohkan, Walmart's Wonder Lab, yang mendemonstrasikan penemuan produk secara real-time melalui unboxing dan bermain dengan mainan di ruang virtual.
Saat ini, karakter virtual 3D memiliki pengikut nyata di media sosial, dan beberapa diwakili --bahkan "dipekerjakan"-- sebagai orang yang sebenarnya. Misalnya, Lil Miquela adalah influencer yang dihasilkan oleh komputer yang bekerja dengan beberapa merek fesyen top dunia seperti Prada, Dior, dan Calvin Klein.
Faktanya, membuat konten di eCommerce memerlukan pendekatan baru. Pemasar harus mempertimbangkan pendekatan produksi untuk streaming langsung, pengalaman virtual, augmented reality (AR), realitas campuran (MR), pencitraan produk 360 derajat, video interaktif, dan pengalaman produk yang imersif.
“Kami memperkirakan bahwa toko virtual akan berkembang pada tahun 2021. Media sosial akan memiliki dampak terbesar pada eCommerce, dan pemilik merek akan mengalami peningkatan permintaan untuk konten mikro,” yakinnya.