MIX.co.id - Milenial dan Gen-Z menjadi salah satu segmen pasar yang tercatat sudah “melek” investasi. Merujuk data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per semester pertama 2024, dari 13,07 juta investor di pasar modal Indonesia, ternyata lebih dari separuhnya, 55,38%, berasal dari milenial dan Gen-Z yang berusia di bawah 30 tahun.
Sayangnya, “Indonesia Gen-Z Report 2024” yang dirilis IDN Times menyebutkan bahwa investasi tersebut belum dialokasikan untuk dana darurat dan asuransi. Berdasarkan laporan tersebut, 26% Gen-Z belum mengalokasikan dana darurat sama sekali. Kalaupun ada 38% Gen-Z yang telah mengalokasikan dana darurat, namun belum mencapai jumlah yang cukup.
Masih berdasarkan laporan tersebut, 23% Gen-Z tidak mengalokasikan pendapatannya untuk asuransi dan biaya kesehatan. Hanya 43% Gen-Z yang mengalokasikan kurang dari 10% pendapatannya untuk asuransi dan biaya kesehatan.
Berangkat dari masih rendahnya tingkat kesadaran milenial dan Gen-Z untuk berinvestasi pada dana darurat maupun asuransi, Allianz Indonesia menggelar edukasi melalui “Allianz Indonesia Media Workshop 2023”, pada awal Agustus ini (7/8). Digelar secara online, workshop kali ini Allianz mengedukasi tentang mana yang lebih penting antara asuransi jiwa atau asuransi kesehatan, mengapa dan kapan asuransi kesehatan diperlukan, bagaimana memilih asuransi kesehatan yang tepat, memahami perbedaan asuransi kesehatan tradisional dan asuransi kesehatan unit link, hingga mitos dan fakta tentang unit link.
Workshop bertajuk“Health Insurance 101: Pilih Standalone atau Unit Link Rider?” itu diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada media mengenai asuransi kesehatan dan juga perbedaan antara asuransi kesehatan tradisional dan unit link. Dengan pemahaman tersebut, harapannya media dapat turut membantu menyebarkan informasinya ke masyarakat, terutama generasi muda.
Pada kesempatan ini, Allianz menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain Meta Lakhsmi, Head of Investment Communication & Fund Development di Allianz Life Indonesia. Pada kesempatan itu, ia menceritakan bagaimana generasi muda saat ini semakin sadar akan pentingnya investasi. “Sayangnya, jika melihat dari piramida finansial, dua hal mendasar yang sebenarnya perlu diutamakan adalah dana darurat dan asuransi. Kedua hal ini yang seringkali kurang diperhatikan. Tanpa perlindungan asuransi yang memadai, masalah kesehatan bisa saja menyebabkan beban keuangan yang besar karena biaya pengobatan,” katanya.
Lebih jauh ia menjelaskan, asuransi kesehatan menjadi prioritas utama yang harus dimiliki oleh setiap individu, diikuti oleh asuransi kondisi kritis dan asuransi jiwa. Tersedia dua jenis asuransi kesehatan yang umum dikenal, yaitu asuransi kesehatan tradisional (standalone) dan yang tergabung sebagai manfaat tambahan dalam unit link atau yang lebih dikenal sebagai rider. “Asuransi tradisional melindungi salah satu risiko hidup seperti meninggal dunia atau sakit. Premi yang dibayarkan pun hanya untuk biaya asuransi tanpa ada potensi hasil investasi,” ucap Meta.
Sementara itu, salah satu yang sering menjadi keluhan nasabah terkait produk unit link adalah ketika nilai tunai atau manfaat investasi yang dimiliki mengalami penurunan, sehingga merasa rugi. Nilai tunai sendiri dipengaruhi oleh kinerja pasar dan harus dilihat secara jangka panjang. Selain itu, beberapa miskonsepsi umum mengenai asuransi unit link, seperti anggapan bahwa premi yang dibayarkan hanya untuk investasi, sehingga dapat memberikan hasil investasi besar dalam waktu singkat. Padahal, premi yang dibayarkan tidak seluruhnya digunakan untuk investasi, dan nilai tunai didapat dari hasil investasi, bukan semata-mata dari jumlah premi yang dibayarkan.
“Adanya miskonsepsi ini menyebabkan nasabah memiliki ekspektasi yang berbeda dengan manfaat dan perlindungan yang didapatkan. Oleh karena itu, penting untuk dipahami bahwa manfaat utama asuransi unit link adalah perlindungan jangka panjang,” saran Meta.
...