Inisiatif PMO Kopi Nusantara Tingkatkan Kesejahteraan Petani Kopi di Indonesia

MIX.co.id - Data International Coffee Organization (ICO) menyebutkan, pada tahun 2019/2020, total kebutuhan kopi dunia mencapai 9,8 juta ton per tahun, sedangkan total produksi kopi di Indonesia baru sebatas 686 ribu ton. Sementara Brazil, Vietnam, Kolombia, merupakan tiga negara produsen kopi terbesar di dunia.


Guna meningkatkan kuantitas dan kualitas biji kopi dalam negeri, Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meluncurkan Program Project Management Office (PMO) Kopi Nusantara.

Diungkapkan Dwi Sutoro, Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), saat ini PMO Kopi Nusantara memiliki 9 pilot projects di 6 wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Total lahan yang kita fasilitasi hingga saat ini lebih dari 6.500 hektar yang dikelola oleh 2.500 petani. Kami berharap hasil panen dari lahan tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional,” tandas Dwi Sutoro.

Menurutnya, peluang Indonesia menjadi pemain utama (key leader) industri kopi internasional terbuka lebar, karena biji kopi Indonesia, dengan proses on farm dan off farm yang baik, memiliki cita rasa dan kualitas level premium. Potensi itu perlu mendapatkan perhatian, khususnya terkait instrumen perlindungan Kekayaan Intelektual, dalam hal ini Indikasi Geografis (IG).

Selain Kementerian BUMN, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) juga aktif mengembangkan dan merumuskan inovasi demi peningkatan daya saing kopi asal Indonesia. Kemenlu, melalui Direktorat Jenderal Kerja sama Multilateral, menggelar program “Jaring Masukan ‘Commodities Update’: Sinergi Diplomasi Kopi Indonesia dalam kerangka Peningkatan Komoditas Kopi Berkelanjutan dan Berdaya Saing”.

Program yang digelar secara hybrid itu merupakan inisiatif Kemenlu untuk merumuskan sebuah kebijakan holistik dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Salah satu tujuan utamanya adalah menemukan solusi inovatif yang dapat mendukung upaya peningkatan ekspor kopi Indonesia di pasar global melalui peningkatan daya saing.

Dwi Sutoro yang juga Ketua PMO Kopi Nusantara turut berpartisipasi menjadi narasumber utama di program tersebut. Dalam paparannya, ia menyatakan, “PMO Kopi Nusantara mengembangkan berbagai program pendampingan dan mendorong terciptanya ekosistem bisnis berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi di Tanah Air.”

Diakui Dwi Sutoro, pendampingan kepada petani, menjadi langkah mutlak untuk meningkatkan kapasitas produksi kopi, karena 96,1% lahan kopi, merupakan lahan milik petani rakyat.

PMO Kopi Nusantara menerapkan strategi holistik, dalam proses pendampingan kepada petani. Mulai dari aspek pengolahan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming dan mekanisasi pertanian, akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian, pengembangan sosial masyarakat petani dan bisnis inklusif, serta kemitraan pertanian pasar (Farm to Market Partnership).

Ditambahkan Tenaga Ahli Menteri BUMN Bidang Global Value Chains Reynaldi Istanto, kerja sama dalam ekosistem bisnis ini perlu segera direplikasi. “Dalam proses pendampingan ini, PMO Kopi Nusantara melibatkan BUMN produsen pupuk, perkebunan, perbankan, asuransi, perdagangan, serta pemerintah daerah.

"Selain tangan pemerintah, peran swasta juga kita dorong untuk ikut serta dalam inisiatif ini. Hal ini perlu kita replikasi di banyak tempat di Indonesia. PMO Kopi Nusantara berupaya agar supply chain kopi dalam negeri segera membaik, sehingga mampu menjadi market leader di pasar internasional,” pungkas Reynaldi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)