MIX.co.id - Insight Factory by SOCO kembali menghadirkan laporan terbarunya mengenai tren kecantikan di Indonesia. Salah satu laporan yang dirilis baru-baru ini adalah “Behavior in Purchasing Beauty Categories”. Studi tentang perilaku pembelian konsumen Indonesia pada kategori produk kecantikan itu dilakukan pada segmen milenial (kelahiran 1980-1994) dan Gen-Z (kelahiran tahun 1995-2010). Di Indonesia, kedua generasi tersebut jumlahnya cukup signifikan, yakni 28% untuk Gen-Z dan 26% untuk milenial.
Hasil studi tersebut mengungkapkan sejumlah fakta menarik. Fakta pertama, pembelanja Gen-Z terus bertumbuh pasca pandemi. Jumlahnya mencapai 54% pada tahun 2023 atau tumbuh 5% dibandingkan 2022. Sementara itu, jumlah pembelanja milenial mencapai 41% pada 2023.
Fakta kedua, pembelanja Gen-Z tercatat sebagai budget conscious atau sensitif pada harga karena mereka berorientasi pada anggaran, sedangkan milenial terhitung functional conscious atau berfokus pada fungsi produk. Tak heran, jika studi ini juga mengungkapkan bahwa 28% milenial menghabiskan anggaran lebih dari Rp 300 ribu untuk belanja produk kecantikan, sedangkan Gen-Z hanya 17%. Sementara itu, hampir separuh Gen-Z (48%) belanja produk kecantikan senilai kurang dari Rp150 ribu.
Fakta ketiga yang menarik adalah Gen-Z menjadi pemicu utama dalam pertumbuhan penjualan untuk produk-produk kecantikan yang sedang trending. Di antaranya, hair mist, eau de parfum, body sunscreen, cushion, lip balm, acne/pimple pacth, lip tint, dan sunscreen.
Fakta keempat dari studi ini juga terungkap bahwa Gen-Z dan milenial memiliki perbedaan dalam hal pencarian produk kecantikan. Pada Q1 2024, 71% Gen-Z lebih spesifik dalam melakukan pencarian produk kecantikan dibandingkan milenial, yang hanya 29% melakukan pencarian yang lebih spesifik.
Fakta kelima, terkait cara berbelanja, baik Gen-Z maupun milenial lebih menyukai berbelanja produk kecantikan di gerai offline. Pada tahun 2023, 64% Gen-Z berbelanja di gerai offline, sedangkan milenial lebih tinggi lagi, yakni 66%. Bahkan, 68% pembelanja omnichannel (mereka yang berbelanja melalui kanal online dan offline), lebih sering menggunakan kanal offline dibandingkan online.
Fakta keenam yang dijumpai dari hasil studi ini adalah revenue tiap tahun yang dihasilkan dari pembelanja omnichannel (omni shopper) dua kali lebih tinggi dibandingkan dari single shopper (pembelanja yang hanya menggunakan satu kanal, baik itu hanya offline atau online saja). Bahkan, omni shopper berbelanja produk kecantikan lebih sering dibandingkan single shopper.
Fakta ketujuh, pembelanja produk kecantikan juga memiliki kebutuhan berbeda saat berbelanja online dibandingkan offline. Mereka menggunakan kanal online saat mereka ingin mencari dan membanding produk kecantikan untuk mendapatkan penawaran terbaik, antara lain harga yang terbaik. Alasan mereka untuk berbelanja online adalah karena mereka bisa mendapatkan best deal (penawaran terbaik) yang hanya ada di online, seperti promo Double Date (contohnya 11.11 atau 12.12); dapat membaca review produk terlebih dahulu; bisa membandingkan harga di antara platform eCommerce; serta produk terbatas hanya dijual di online.
Sementara itu, alasan mereka berbelanja di kanal offline adalah karena mereka ingin langsung product experience, dapat memastikan produk yang diterima dalam kondisi baik, bisa memperoleh konsultasi dan rekomendasi dari beauty advisor, serta hanya sambil lalu (kebetulan lewat) di depan toko.