Di Indonesia, 94% responden memprioritaskan tradisi sebagai nilai inti masyarakat, persentase tertinggi di kawasan ini. Berbagai brand lokal telah berhasil memanfaatkan tren ini dengan menggabungkan warisan budaya dengan strategi kontemporer untuk menjangkau audiens yang beragam.
Brand Indomie salah satunya, mengajak khalayak bernostalgia dengan me-remake konten-konten iklan lawasnya, termasuk mengangkat kembali lirik lagu yang ikonik "Dari Sabang sampai Merauke, Dari Timor sampai ke Talaud. Indonesia Tanah Airku, Indomie seleraku.” Cara Indomie mengajak konsumen bernostalgia yang dikemas melalui event aktivasi sebagai strategi marketing, ternyata ampuh untuk menciptakan pengalaman (experiences) ‘masa lalu’ di benak konsumen dan ujung-ujungnya mampu mendongkrak penjualan.
Strategi serupa juga dilakukan Garuda Indonesia dan Mayasari Bakti. “Sebagai brand lokal, mereka memanfaatkan tren ini, menggabungkan warisan budaya dengan strategi kontemporer agar brandnya semakin dekat dan terus ada di benak konsumen,” papar Andi lagi.
Sementara ketiga adalah tren konvergensi iklim (climate convergence). Terkait dengan perubahan iklim, 73% responden APAC menyatakan bahwa mereka sudah mengambil langkah untuk melindungi lingkungan.
Sentimen ini sangat kuat di Indonesia, di mana 91% konsumen mengaku telah aktif terlibat. Selain itu, sejumlah brand di Indonesia berkontribusi melalui solusi kemasan berkelanjutan dan menyelaraskan inisiatif mereka dengan target pemerintah untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2060. ()