Riset EF menunjukkan indeks pengukuran tingkat rata – rata kemampuan bahasa inggris orang dewasa suatu negara, dan Indonesia berada di urutan ke-32 dengan level kemampuan menengah dimana wanita lebih unggul dibanding pria.
Dalam rangka persiapan menghadapi kompetisi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), English First (EF) merilis hasil penelitian bertajuk EF English Proficiency Index (EF EPI), pada Jumat, (6/11/2015), di Jakarta. Riset tersebut menunjukkan indeks pengukuran tingkat rata – rata kemampuan bahasa inggris orang dewasa suatu negara, dan Indonesia berada di urutan ke-32 dengan level kemampuan menengah dimana wanita lebih unggul dibanding pria.
Menurut Steve Cooks, Director of Educational Research & Development EF English First, “EF EPI mampu memberikan gambaran dan menganalisa hubungan antara kemampuan bahasa inggris dengan daya saing ekonomi suatu negara. Data yang ditunjukkan mampu menunjukkan kebijakan pendidikan, kualitas sumber daya manusia, hingga tingkat perekonomian suatu negara.”
Pada edisi ke-5 ini, EF EPI menyusun peringkat bahasa Inggris dengan melakukan tes bahasa Inggris pada 910.000 orang dewasa di 70 negara. Hasil penelitian EF EPI didapatkan dengan menggabungan data dari EFSET (EF Standard English Test), yaitu sebuah tes bahasa Inggris gratis pertama yang telah memenuhi standar dan diakui dunia.
Kemampuan berbahasa asing terutama inggris, kata Steve, merupakan bagian penting untuk bisa berkomunikasi dan memenangkan persaingan secara global. Terutama setelah adanya MEA, maka tenaga profesional dalam negeri kini harus bersaing dengan tehnaga asing dan menimbulkan persaingan ekonomi yang ketat.
CEO Karir.com, Dino Martin, menjelaskan bahwa kebutuhan akan bahasa inggris semakin meningkat tidak hanya datang dari perusahaan multinasional tapi juga perusahaan lokal. “Berdasarkan penelitian Pusat Studi ASEAN, kualitas tenaga kerja Indonesia masih kurang memadai, terutama kompetensi bahasa inggris.”
Tingkat kemampuan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih di bawah Malaysia dan India yang berada di level tinggi, lalu diikuti oleh Korea Selatan, Vietnam, Jepang dan Taiwan. Hal tersebut menunjukkan perluya kesadaran dari masyarakat Indonesiauntuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, disertai dukungan berbagai pelaku sektor pendidikan formal maupun informal.
Dr. Yusuf Muhyiddin, M.Pd. selaku Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia mengatakan, “Peningkatan kompetensi bahasa Inggris perlu dilakukan secara berkesinambungan melalui lembaga pendidikan non-formal dengan tetap berdampingan dengan implementasi pendidikan formal. Hal itu diperlukan untuk meningkatkan kemampuan di sektor ekonomi, bisnis, hingga aset untuk memenangkan persaingan di bidang pendidikan, budaya, pariwisata, serta sektor lainnya,” pungkasnya.