Jurnalis, Profesi yang Rentan Terkena Depresi

MIX.co.id – Penelitian yang dilakukan di 31 negara termasuk Indonesia, menurut laporan Health Service Monitor 2023, menyebutkan sebanyak 44% responden menilai bahwa kesehatan mental adalah masalah kesehatan yang saat ini paling dikhawatirkan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirkan sekitar 3,8% atau 280 juta penduduk dunia mengalami depresi.

Depresi 50% lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Di seluruh dunia, lebih dari 10% wanita hamil dan baru melahirkan mengalami depresi.

Jurnalis adalah salah satu profesi yang rentan terkena depresi. Karena sifat pekerjaan terus mengejar deadline, meliput konflik, bencana, kekerasan, kriminal dan mobilitas tinggi dapat mengakibatkan kecemasan, kelelahan, trauma, depresi bahkan gangguan stress paska trauma (PTSD).

Dalam wawancara yang dilakukan oleh Canadian Journalism Forum tentang kekerasan dan trauma, kepada 1000 pekerja media menemukan 69% pekerja media melaporkan sendiri bahwa mereka menderita kecemasan dan 46% depresi.

"Kita perlu memahami pentingnya kesehatan mental. Depresi adalah masalah kejiwaan yang dapat ditangani dan disembuhkan apabila segera mendapatkan penanganan medis yang tepat,” ujar dr. Lahargo Kembaren menyikapi kondisi tersebut.

Hal itu disampaikan di acara Year End Media Gathering Johnson & Johnson Indonesia 2023 “Minds The News: Supporting Mental Health in the Media Landscape” yang diadakan di Jakarta, Kamis (14/12).

Seseorang yang mengalami depresi, menurut ia, tidak perlu ragu untuk memeriksakan diri ke tenaga medis profesional apabila merasakan gejala seperti lesu, sedih terus-menerus, kehilangan minat pada hobi, sulit berkonsentrasi, dan yang teburuk adalah berulang-ulang memikirkan kematian.

“Pasien disarankan segera memeriksakan diri dan jangan melalukan self-diagnose karena dapat memperparah gejala,” terang Lahargo.

Sementara itu, Devy Yheanne selaku Leader of Communications & Public Affairs Johnson & Johnson Pharmaceutical for Indonesia, Malaysia & Philippines, menyampaikan pihaknya terus berupaya meningkatkan literasi dan menghapus stigma mengenai kesehatan mental di masyarakat melalui berbagai kegiatan edukasi yang dilakukan.

Jurnalisme sebagai profesi yang memegang peran krusial terkadang mengorbankan kesehatan mentalnya. Padahal berita yang berkualitas dapat dihasilkan dengan baik apabila kesehatan fisik dan mental jurnalis dapat terjaga.

“Johnson & Johnson Indonesia berkomitmen untuk mendukung rekan-rekan media dalam menjalankan profesinya dengan baik salah satunya melalui edukasi kesehatan mental," ujar Yheanne.

Pada kesempatan itu, Lahargo membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan jurnalis untuk membangun kesehatan mental yang baik.

“Cobalah untuk tidak fokus pada apa yang tidak bisa kita kontrol tapi fokus pada apa yang bisa kita kontrol, yaitu tidur, makanan dan hubungan. Pastikan untuk tidur pada jam yang sama, sehingga tubuh akan terlatih,” paparnya.

Mulailah mengonsumsi makanan dengan nutrisi lengkap dan seimbang. Lalu, alokasikan waktu untuk menjalin hubungan dengan sesama karena hubungan yang baik akan melindungi kesehatan mental. Termasuk mengambil cuti untuk melakukan hal yang berbeda dari tugas rutinitas meliput berita.

“Rasa cemas dan stres memang sangat normal, tetapi apabila sudah mulai menganggu kinerja, maka sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter,” sarannya. ()

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)