Kampanye Edukasi tentang Bahaya Third Hand Smoke

MIX.co.id - Studi terbaru yang dilakukan King’s College London menjelaskan bahwa 50 persen perokok pasif berisiko terkena kanker mulut dan tenggorokan. Apalagi jika terpapar asap rokok dalam jangka waktu yang panjang, maka risikonya bisa meningkat berkali lipat.

Selain itu, untuk anak-anak, paparan asap rokok sejak dini tentu saja sangat berbahaya. Hazel Cheeseman, dari kelompok kampanye Action on Smoking and Health, menegaskan bahwa untuk melindungi anak-anak dan keluarga dari paparan asap rokok, ia menyarankan agar perokok sebaiknya merokok di luar ruangan.

“Studi terbaru ini semakin memperkuat bahwa perokok seharusnya merokok di luar ruangan, untuk melindungi anak-anak dari bahaya. Namun, cara terbaik untuk melindungi mereka adalah jika para orang tua berhenti merokok,” saran Hazel seperti dikutip dari BBC, awal Oktober ini (5/10).

Sejatinya, ada sejumlah cara yang bisa ditempuh untuk mencegah keluarga menjadi perokok pasif, termasuk membuat anak-anak tumbuh tanpa terpapar asap rokok. Pertama, berhenti merokok, karena partikel dari asap rokok berpotensi tertinggal dan bertahan di permukaan furnitur dan bagian dalam rumah hingga bertahun-tahun. Residu nikotin dan bahan kimia lainnya yang ditinggalkan asap rokok inilah yang disebut dengan third hand smoke.

“Anak-anak dan orang dewasa yang tidak merokok mungkin berisiko mengalami masalah kesehatan ketika mereka menghirup, menelan, atau menyentuh zat yang berasal dari asap rokok. Satu-satunya cara untuk melindungi non-perokok dari thirdhand smoke adalah dengan menciptakan lingkungan bebas asap rokok,” ucap Dr J. Taylor Hays, M.D dari Mayo Clinic.

Kedua, menjauh dari paparan asap rokok. American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar semua anak dilindungi dari asap rokok. Demi melindungi keluarga dari paparan asap rokok, maka sebaiknya tidak merokok di dalam rumah atau mobil. Sebab, residu dari asap rokok bisa menempel di beberapa area, seperti pakaian dan rambut perokok, furnitur, lantai, maupun jok mobil. Bahayanya lagi, kita tidak dapat menghilangkan residu dari ruangan atau mobil dengan kipas angin, penyedot debu, atau pendingin ruangan.

Ketiga, mengganti rokok dengan produk tembakau alternatif. Banyak penelitian yang menjelaskan, produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, maupun snus, memiliki risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan rokok. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) bersama SkyLab-Med di Yunani pada 2019 lalu. Hasilnya, uap yang dihasilkan oleh produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, memiliki kandungan bahaya yang jauh lebih rendah dibandingkan asap rokok. Artinya, risiko yang dihadapi oleh perokok juga akan menurun jika beralih ke produk tembakau alternatif.

Keempat, mengalihkan perhatian dari kebiasaan merokok. Misalnya, dengan melakukan aktivitas bersama seperti masak bareng untuk makan malam romantis di rumah, menata pekarangan rumah, hingga berolahraga bersama. Olahraga juga terbukti dapat memicu otak mengerluakan hormon serotonin, endorphin, dan terutama dopamin alias hormon yang menstimulasikan rasa bahagia dalam diri. Ini tentu bisa menjadi pengalih perhatian untuk tidak merokok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)