Tren belanja online produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) akan terus meningkat ke depannya. Bahkan, pertumbuhannya di global dapat mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan penjualan offline. E-commerce FMCG diperkirakan akan bertumbuh dalam tahun-tahun mendatang (18,4% CAGR setiap tahun). Dipresiksi, total penjualan onlineFMCG di global akan mencapai hingga US$ 400 miliar pada tahun 2022. Demikian studi The NielsenFuture Opportunities in FMCG E-commerce Report, yang mengkaji pertumbuhan e-Commerce di 34 negara, termasuk di pasar Asia Pasifik ssperti India, Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Selandia Baru.
Kawasan Asia Pasifik diharapkan memberikan beberapa peluang pertumbuhan terbesar untuk FMCG online dalam lima tahun ke depan, dimana 43% konsumen di kawasan itu sudah menggunakan platform e-commerce untuk pengiriman produk ke rumah, dan 15%-nya menunjukkan bahwa konektivitas internet yang lebih baik akan meningkatkan kecenderungan mereka untuk berbelanja online.
Korea Selatan memimpin dalam e-commerce global, dengan hampir seperlima (18%) dari semua FMCG dijual melalui online. Selanjutnya, disusul China dengan 16% dari FMCG dijual online.Sementara Taiwan, Jepang, dan Australia menempati peringkat lima besar untuk pangsa pasar FMCG online, masing-masing 5,6%, 5%, dan 3%.
Saat ini, aktivitas online mencakup 6-7% dari penjualan FMCG di seluruh dunia. Di Indonesia, aktivitas online ini sampai dengan tahun 2017 telah menyumbangkan 1% dari penjualan produk FMCG secara global. Adapun 39% konsumen Indonesia menyatakan bahwa koneksi internet yang seringkali tidak stabil dan terbatas menjadi salah satu kendala melakukan pembelian.
Namun hal hambatan itu tidak lantas menyurutkan keinginan mereka untuk melakukan online. Terbukti, 36% konsumen Indonesia menyatakan telah menggunakan layanan pemesanan barang online untuk jasa pengantaran ke rumah, dan 35% juga menyatakan masih tetap bersedia menggunakan pemesanan online untuk jasa pengantaran ke rumah.
Ji Hyuk Park, Nielsen’s Developed Markets Digital Retail Lead, mengatakan, banyak konsumen di seluruh Asia Pasifik telah merasakan pengalaman berbelanja belanja online dalam beberapa bentuk, baik untuk perjalanan, pakaian, elektronik, atau kategori serupa lainnya.
"Negara-negara yang sedang berkembang di wilayah Asia Pasifik sangat menjanjikan untuk pertumbuhan e-commerce FMCG yang cepat dalam tahun-tahun ke depan.Seiring dengan melompatnya konsumen dari perdagangan tradisional ke pasar online, membuat kebutuhan akan apa yang ditawarkan oleh omni-channel menjadi lebih penting dari sebelumnya bagi para peritel FMCG," yakinnya.
Lebih lanjut ia menerangkan bahwa ada sejumlah faktor pendorong utama pertumbuhan e-commerce FMCG di masa depan. Pertama, Pendorong Pertumbuhan Dasar, seperti ukuran pasar (market size), penetrasi rekening bank, penetrasi internet, dan penetrasi smartphone. Kedua, Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Makro, yakni berupa kemudahan melakukan bisnis, kepadatan penduduk, dan keandalan pos pengiriman. Ketiga, Pendorong Pertumbuhan Sosial seperti rasa percaya dan budaya menabung. Keempat, Pendorong Pertumbuhan Suplai, yakni kematangan para pemain e-commerce FMCG.
"Penting bagi para produsen FMCG dan peritel (offline, online, omnichannel) untuk mengutamakan nilai Trust (Kepercayaan) agar memberikan dampak bagi konsumen dan bertahan dalam persaingan industri ini. Produsen FMCG perlu memastikan bahwa produk-produk yang dijual pada portal online adalah produk-produk yang otentik dan berkualitas baik," sarannya.
Sementara itu, peritel diharapkan dapat memfasilitasi transaksi pembayaran yang aman dan informasi pribadi yang rahasia. "Termasuk, menyediakan layanan pengembalian barang yang mudah tanpa membuat stres konsumen, mengirimkan produk segar dengan kualitas baik, dan layanan pelanggan yang membantu konsumen," tutupnya.