Ketika Traveloka berdiri pada 2012, fungsi PR dan komunikasi dinilai belum diperlukan. Traveloka lebih fokus ke Marketing. Namun, dengan semakin berkembangnya perusahaan—melakukan ekspansi ke kawasan Asia Tenggara, kebutuhan akan komunikasi dan strategik PR semakin besar. Bagaimana Travelola mengelola komunikasi dan PR-nya
Tim PR Traveloka
Sejatinya, tim PR & Communication Traveloka baru terbentuk pada 2015. Selain karena organisasinya belum terlalu besar, sebagai perusahaan baru, kebutuhan pemasaran saat itu dinilai lebih utama, ketimbang komunikasi. Bahkan fungsi PR (Public Relations) yang ada saat itu pun lebih banyak membantu tim pemasaran Traveloka, terutama dalam membangun brand image sehingga semakin banyak orang yang mengenal Traveloka.
Saat itu, Traveloka sebagai perusahaan start up semakin berkembang, baik secara organisasi maupun bisnis sehingga kebutuhan akan fungsi PR dan Komunikasi yang strategis semakin besar. Oleh karena itulah, kalau pada 2015 fungsi PR hanya dipegang oleh satu orang, maka mulai tahun ini (2018), tim PR & Communication berkembang menjadi sembilan orang. Tim ini adalah bagian dari divisi pemasaran Traveloka, namun direct report ke Co-Founders.
“Sebelum tim PR dan Communication resmi terbentuk, fungsi komunikasi di Traveloka itu tersebar atau istilahnya cross function. Ini adalah keunikan dari tim kami. Kami melakukan cross function projectbut we work like a team. Dalam tim PR & Communication sebenarnya kami ada enam orang, tapi kami juga bekerja dengan departmen lain, jadi total kami ber-sembilan,” ungkap Sufintri Rahayu atau yang akrab disapa Fifin, PR Director Traveloka saat diwawancara Majalah MIX di kantornya.
Departemen PR & Communication Traveloka melengkapi tim-nya dengan fungsi lain, antara lain Government Relations & Public Affair, karena Traveloka memiliki banyak project yang bekerja sama dengan pemerintah, antara lain Kementerian Pariwisata RI dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI. Lalu, fungsi Finance, karena sebagai online booking platform, Traveloka juga melayani payment gateway, dan bekerja sama dengan Bank Indonesia juga Otoritas Jasa Keuangan. Fungsi komunikasi juga terdiri dari internal communication yang saat ini direct report ke HR Department.
Saat pertama kali resmi terbentuk, tim PR & Communication Traveloka lebih memilih melakukan fungsi komunikasi ketimbang PR. Dalam artian, tim tidak mau menggunakan PR sebagai alat untuk membuat publisitas. “Kami ingin mempromosikan servis dan produk kami.” Ketika itu kebutuhan tersebut dirasakan lebih penting oleh pendiri Traveloka, Ferry Unardi.
“Jadi, tugas kami strategis. Objektifnya, PR ke depannya bisa membantu mengurangi advertising spending karena kami melihat sekarang konsumen juga tidak 100% percaya dengan iklan. Konsumen sekarang semakin pintar, mereka akan melakukan check-recheck mengenai kredibilitas dari sebuah produk/servis. Only PR can do that. Kedua, tugas kami adalah 'orchestring' message. Banyak message dari perusahaan, tapi bagaimana kami bisa menyapaikan pesan itu seperti bermain orkestra yang berbunyi dengan indah. Itu tugas kami di level strategis,” terang Fifin.
Di level eksekusi, tugas tim ini adalah mengomunikasikan vertikal bisnis Traveloka yang terdiri dari jasa akomodasi, transportasi, dan yang terbaru, lifestyle yaitu attraction & recreation, seperti kuliner, tiket amusement park, tiket konser, spa, dan lainnya. Terakhir, tugas tim juga berperan sebagai thought leadership dari segi bagaimana manajemen atau leadership Traveloka sebagai spoke person.
“Belum lama ini, CEO kami mendapat award sebagai best communicator of the year. Artinya, pemimpin perusahaan juga harus dijaga oleh tim komunikasinya. Buat kami, reputasi Traveloka sangat penting. Objektif kami, selalu mengedukasi dan mengadvokasi kepada para co-founder dan leadership team bahwa it is not about the quantity of the article, but how we can keep the content good. Tidak selamanya being famous is a positive thing, but to be true and genuine, itu yang harus diperhitungkan. Buat kami, being countable jauh lebih baik sebagai reputasi perusahaan, rather than being famous,” ujar Fifin.
Sebagai PR, tim lebih banyak melakukan content writing supaya orang yang membacanya dapat mengenal dan merasakan pengalaman yang disajikan oleh Traveloka. Antara lain konten yang bisa menginspirasi, mengedukasi, dan membantu user mendapat informasi yang mereka butuhkan seputar traveling. Seperti konten tentang restoran, kuliner, hotel, pertunjukan, dan lainnya, yang menarik dan dinilai perlu bagi user untuk dibaca.
“Salah satu kunci sukses reputasi Traveloka adalah kami tidak mau terbawa arus. Kami tahu apa yang kami mau dan kami konsisten. We stick to our priority, be genuine, tidak mencari-cari berita, tetapi feed our audience based on what we have, dan konsisten. Kalau dulu kami dipersepsi sebagai online booking platform untuk tiket pesawat dan traveling, sekarang kami secara konsisten mengomunikasikan bahwa Traveloka bukan hanya untuk traveling services tapi juga lifestyle services,” tambah Fifin. *