Perkembangan industri kosmetik nasional mengalami pertumbuhan 20% atau empat kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional pada 2017. Di tahun yang sama, nilai ekspor produk kosmetik nasional mencapai US$ 516,99 juta. Itu artinya, tumbuh dibandingkan tahun 2016 yang nilainya mencapai US$ 470,3 juta. Demikian data yang dirilis Kementerian Perindustrian pada tahun 2018.
Fakta itu tentu saja menjadi peluang bisnis yang menggiurkan bagi para pemain lokal yang ingin mencicipi “gurihnya” industri kosmetik di Indonesia. Gairah para pengusaha di bidang kosmetik atau lebih akrab disebut Beautypreneur makin diperkuat dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan sejumlah perusahaan OEM (Original Equipment Manufacturing) atau maklon kosmetik. Artinya, dengan biaya yang tidak terlalu besar, para beautypreneur sudah bisa membangun bisnis kosmetiknya.
Salah satu perusahaan OEM lokal PT Nose Herbalindo misalnya, tampak agresif menyasar para beautypreneur lokal. Sejak beroperasi pada awal 2017 lalu, Nose terus mengalami pertumbuhan signifikan, yakni naik 20% setiap tahunnya. Sementara itu, jumlah brand lokal yang telah mempercayakan produksinya di Nose telah mencapai 200. Mereka antara lain brand Innertrue, Maska, hingga personal brand dari para selebritis seperti Ria Ricis, Ashanty, Bunga Zainal, Shandy Aulia, Sandra Dewi, dan Sophia Latjuba.
“Para beautypreneur ini kebanyakan atau sekitar 80%-nya memang memesan produk skin care dan personal care, sedangkan sisanya, 20%, memesan produk kosemtik,” kata Direktur PT Nose Herbalindo Yoda Nova, pada hari ini (17/10), di Jakarta.
Lebih lanjut ia menjelaskan, di Nose, para beautypreneur dapat memiliki brand kosmetik hanya dengan modal minimal Rp 50 juta. “Artinya, dengan Rp 50 juta, mereka sudah bisa membuat satu produk kosmetik dengan pemesanan minimal 5 ribu piece. Namun, rata-rata pesanan klien kami mencapai 50 ribu hingga 100 ribu piece tiap bulannya,” paparnya.
Sukses Nose tak lepas dari sejumlah added value yang telah dimiliki. Di antaranya, Nose sudah tersertifikasi ISO 9001:2015, OHSAS 18001:2007, GMP, CPKB, dan HAS 23101. “Bahkan, kami sudah bersertifikasi Halal, yang menjadi 'trusted added value' bagi para beautypreneur,” ucapnya.
Nilai lebih lainnya yang ditawarkan Nose adalah kekuatan Tim Research and Development (R&D). Tim R&D Nose rutin menggelar riset secara berkala untuk menghadirkan berbagai inovasi. Bahkan, tim tersebut membutuhkan waktu riset 3-6 bulan untuk memastikan produk baru sesuai dengan kebutuhan klien. “Sebab, kami memproduksi produk kosmetik secara kustom sesuai kebutuhan sekaligus keinginan dari masing-masing klien,” lanjutnya.
Selain itu, Nose juga turut mendukung beautypreneur pemula dalam memulai karirnya di bidang kosmetik, dengan cara memberikan informasi lengkap, mulai dari diskusi pemilihan bahan baku sampai dengan cara-cara memasarkan produknya nanti di pasar Indonesia. “Oleh karena itu, Nose memiliki tim marketing yang sudah berpengalaman. Nose akan membantu mulai dari konsep pemilihan bahan baku, formula yang harus digunakan, packaging yang menarik, bahkan sampai dengan cara mendistribusi dan memasarkan produk tersebut,” tuturnya.
Guna mendekatkan diri pada calon Beautypreneur, Nose berpartisipasi di pameran “Cosmobeaute Indonesia 2019” pada 17-19 Oktober 2019 di Jakarta Convention Center (JCC). Di pameran tersebut, Nose juga menyajikan Experimental Zone pada Cosmonbeaute Indonesia kali ini. “Di Experimetal Zone, para pecinta skincare dapat melihat secara langsung proses pembuatan kosmetik dengan menggunakan ekstrak bunga alami dan bisa langsung dibawa pulang,” pungkas Yoda, yang menyebutkan bahwa Nose juga menggunakan pendekatan media sosial, digital marketing, dan Public Relations (PR) untuk makin mendekatkan diri dengan klien maupun calon kliennya.