Tingkat inklusi keuangan masyarakat di Indonesia tercatat sudah cukup tinggi, jika dibandingkan tingkat literasi keuangan. Merujuk Survey Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada tahun 2019, tingkat inklusi keuangan di Indonesia sudah mencapai 76,19%. Sementara tingkat literasi keuangan, baru separuhnya, yakni 38,03%.
Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan Kristianti Puji Rahayu juga memaparkan bahwa literasi keuangan di kalangan milenial saat ini masih terbilang rendah.
Riset dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, kalangan milenial usia 18-25 tahun hanya memiliki tingkat literasi sebesar 32,1%, sedangkan usia 25-35 tahun memiliki tingkat literasi sebesar 33,5%.
Bahkan, hasil survei literasi keuangan OJK tahun 2019 juga mengungkapkan bahwa hanya 6% masyarakat yang memiliki dana pensiun, selebihnya menggantungkan kepada ahli waris.
"Kalau lihat hasil survey ini, gap-nya masih tinggi," ujar Kristianti dalam webinar daring Katadata dan Citibank bertajuk ‘Edukasi Literasi Finansial untuk Generasi Muda-Lindungi Keuangan, Masa Depan Aman’, pada hari ini (2/12).
Lebih jauh ia menegaskan, jumlah milenial yang kini ada, yakni 24% dari total penduduk Indonesia atau setara dengan 64 juta. Sayangnya, masih banyak milenial yang rentan secara finansial.
Hal itu ditunjukkan dengan minimnya persiapan dan kemampuan pengelolaan keuangan. Di antaranya, hanya 10,7% dari pendapatan yang ditabung oleh milenial. Bahkan, hanya 35,1% milenial yang memiliki rumah sendiri. Sedangkan, 51,1% pendapatan milenial habis untuk kebutuhan bulanan.
Felicia Putri Tjiasaka yang merupakan Investment Storyteller dan Influencer, tidak menyangkal kondisi itu. Menurutnya, rendahnya literasi keuangan tidak lepas dari belum optimalnya edukasi yang selama ini ada.
"Dari kecil, di keluarga atau di sekolah agak tabu ngomongin soal uang atau investasi. Malah pas sekolah, orang tua itu ketika ditanya penghasilan berapa, malah jadi bad mood. Ini karena memang kita nggak dibiasain," cerita Felicia.
Meski begitu, seiring perkembangan teknologi saat ini, edukasi soal literasi keuangan dan investasi sudah semakin mudah ditemui. "Melalui internet sekarang sudah banyak informasinya," imbuhnya.
Dalam mengelola keuangan dengan investasi, Felicia menyarankan, mesti terlebih dahulu membangun pondasi yang kuat, yakni bisa berupa dana darurat dan asuransi. "Investasi juga harus fair. Artinya, kalau siap untung tinggi, kita juga harus siap kalau turun drastis," ucapnya.
Wealth Advisory Head Citibank N.A. Indonesia Emilllya Soesanto menguraikan, setidaknya ada empat kategori investasi yang bisa jadi pilihan. Berdasarkan imbal hasil (return) selama 10 tahun terakhir ini, rata-rata return per aset investasi meliputi IHSG sebesar 9,76%, obligasi 8,17%, emas 6,7%, dan deposito 6,31%.
Lantas, investasi apa yang tepat untuk memulai bagi segmen milenial? “Pada dasarnya, ada dua investasi yang bisa menjadi pilihan, yakni obligasi dan reksadana," Emilllya, yang menyebutkan bahwa ada sebanyak 16% nasabah milenial Ciitbank yang berusia di bawah 35 tahun.