MIX.co.id - Data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2020 mengungkapkan bahwa terdapat 22,5 juta penyandang disabilitas di Indonesia. Sayangnya, para penyandang disabilitas kerap menghadapi beragam tantangan, antara lain tingkat kualitas hidup yang kurang baik, masalah ekonomi, serta rendahnya pemahaman untuk mengakses layanan Kesehatan serta fasilitas pendukung lainnya.
Untuk mencari solusi atas permasalahan tersebut, digelar program “Indonesia-Japan Roundtable Discussion on Developmental Disorder” pada hari ini (2/8), secara virtual. Objektifnya adalah untuk meningkatkan pemahaman publik mengenai situasi tentang penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia.
Program diskusi tersebut juga diselenggarakan untuk memperkuat hubungan kerja sama antara Indonesia dan Jepang, dengan berbagi pengalaman serta melakukan dialog dengan para perwakilan dari kedua negara.
Program diskusi ini adalah bagian dari kolaborasi kegiatan riset internasional tentang disabilitas perkembangan (developmental disorder) di Asia Tenggara. Kolaborasi ini dilakukan oleh the National Center for Persons with Severe Intellectual Disabilities, Nozominosono-Jepang bersama LSPR Institute of Communication and Business of Indonesia, dengan dukungan dari the Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA).
Salah satu isu penting yang didiskusikan di program ini adalah mengenai riset untuk kebijakan dan implementasi terkait penyandang disabilitas perkembangan di Indonesia dan Jepang. Bertindak sebagai moderator dalam sesi diskusi ini adalah Dr. Rudi Sukandar selaku Direktur Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat LSPR Institute of Communication & Business).
Ada beberapa poin penting yang dibahas dalam diskusi tersebut. Pertama, Berbagi informasi dan pengalaman tentang penyandang disabilitas perkembangan, khususnya dalam konteks kebijakan dan implementasinya di Indonesia dan Jepang. Kedua, mengidentifikasi isu-isu penting terkait penyandang disabilitas perkembangan dan menampung suara serta aspirasi mereka. Ketiga, menciptakan sinergi dan mengembangkan dukungan untuk kerja sama internasional terkait disabilitas perkembangan. Keempat, memfasilitasi pertukaran dan diskusi tentang disabilitas perkembangan di tahap-tahap selanjutnya, termasuk memberikan kontribusi untuk rekomendasi pembuatan kebijakan ke depannya.
Program ini dihadiri oleh para partisipan yang mewakili beragam kalangan, termasuk penyandang disabilitas perkembangan, organisasi dan komunitas orangtua dengan anak penyandang disabilitas perkembangan, perwakilan akademisi dan pemerintah serta pihak-pihak lainnya yang terhubung dengan bidang ini.