Selama ini, para praktisi TV, pemilik merek, ataupun agensi periklanan di Tanah Air hampir tak punya pilihan untuk memperoleh informasi rating terkait tayangan di TV free to air (FTA). Nielsen sebagai perusahaan yang selama ini memiliki kemampuan untuk melakukan media measurement atau mengukur tingkat kepemirsaan program di TV FTA, menjadi satu-satunya pilihan.
Monopoli itulah yang coba diubah oleh anak usaha Telkom Group, PT Metranet yang dikenal sebagai penyedia layanan big data analisis. Pada pertengahan Desember ini (10/12), Metranet resmi memperkenalkan layanan barunya, Inrate. Inrate adalah sebuah alat pengukuran kepemirsaan televisi berupa rating, baik untuk tayangan TV berbayar maupun program FTA.
Keputusan tersebut tak lepas dari gurihnya industri periklanan di Indonesia. Merujuk data PWC Global Entertainment & Media Outlook 2017-2021, potensi total belanja iklan di Indonesia pada tahun 2021 mendatang sebesar US$ 13,7 miliar atau naik 63,1% dibandingkan belanja iklan di tahun 2016 senilai US$ 8,4 miliar. Sementara itu, menurut Nielsen, total belanja iklan sepanjang Januari hingga September 2018 telah mencapai Rp 114,4 triliun atau tumbuh 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dijelaskan Didik Budi Santoso, Direktur Bisnis Operasional PT Metranet, Inrate diharapkan dapat melengkapi layanan yang sudah ada di industri pengukuran rating program televisi. Dan, Metranet sudah melalukan uji coba Inrate pada USeeTV, layanan televisi interaktif dari IndiHome yang pertama di Indonesia, untuk periode 2017-2018.
"Pada uji coba itu, kami menggunakan profiling helix persona yang didapatkan dari lembaga penelitian Roy Morgan dan smart profile yang dihasilkan dari kapabilitas big data Metranet. Hasilnya, kami berhasil menaikkan okupansi iklan dari 7% menjadi 15% setelah menggunakan Inrate,” katanya.
Diferensiasi Inrate
Sebagai pendatang baru, Inrate tentu harus memiliki diferensiasi sekaligus added value dibandingkan incumbent, Nielsen. Diungkapkan Hartana, CEO Inrate, "Report data yang dapat diperoleh secara real time serta paparan data tentang profile kepemirsaan yang mendalam, seperti dashboard FTA dan PayTV, smart profiling dan helix persona, analisis penonton, perpindahan channel, dan perencanaan media menjadi salah satu nilai lebih sekaligus diferensiasi yang ditawarkan Inrate," ucapnya, yang menyebutkan Inrate juga menyediakan layanan akses web online selama 24/7, jadwal pelatihan regular, dan buletin triwulan.
Demi memenuhi kebutuhan para praktisi TV, agensi periklanan, dan pemilik merek--yang notabene merupakan segmen yang disasar Inrate--Metranet menggandeng sejumlah mitra untuk menghadirkan platform big data analytics.
Metranet berkolaborasi dengan Instrat sebagai lembaga peneliti terkemuka di Indonesia, CGI sebagai lembaga penyedia data video dan rate card, serta perusahaan lokal IOT (Internet Of Things) PT FUSI. "Nantinya, data kepemirsaan bersumber pada pelanggan USeeTV yang saat ini berjumlah 2,3 juta yang tersebar di 438 kota dan 34 provinsi se-Indonesia serta pemirsa TV free to air yang tersebar di 11 kota di Indonesia," papar Hartana.
Sebagai tahap awal, dijelaskan Sidratun Naim Ph.D.,MPA, Dewan Pakar Instrat, pilot project dilakukan di daerah Bandung. "Di Bandung, ada 770 ribu kepala keluarga, 30 kecamatan, dan 151 kelurahan. Kami akan ambil random 400 kepala keluarga di 40 kelurahan, yang kami anggap mewakili untuk dilakukan studi kepemirsaan TV free to air," terangnya.
Dengan layanan Inrate, Metranet berharap dapat menambah revenue dari pilar periklanan digital--dimana selama ini bisnis Metranet fokus pada lima pilar, yakni konten digital, perdagangan online, platform cerdas, periklanan digital, dan layanan digital. "Di tahun pertama, kami berharap dapat meraih market share sebesar 15-20% di industri pengukuran kepemirsaan TV," patok Hartana.
