Ada tujuh temuan menarik dari studi global yang baru saja dirilis Visa. Diungkapkan Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Riko Abdurrahman, studi tersebut menyoroti minat yang semakin besar terhadap otentikasi berbasis teknologi biometrik, khususnya pada generasi yang lebih muda.
Temuan pertama, sembilan dari sepuluh pemegang kartu kredit di Indonesia bersedia untuk beralih dari bank, penyedia kartu pembayaran, atau penyedia ponsel demi dapat melakukan pembayaran dengan teknologi biometrik. Teknologi biometrik seperti pemindai sidik jari dan pemindai mata dinilai lebih aman, cepat, dan nyaman dibandingkan dengan teknologi tradisional seperti password atau PIN. Teknologi biometrik dipandang sebagai sebuah keharusan bagi penyedia pembayaran dalam menyeimbangkan kebutuhan konsumen akan tingkat keamanan yang tinggi dan pengalaman membayar dengan tanpa hambatan.
Temuan kedua, 73% responden pernah membatalkan pembelian online karena hambatan saat proses otentikasi, seperti tidak menerima one-time password (OTP), kesulitan mengakses akun, dan lupa password. Dan, 8 dari 10 responden merasa frustrasi untuk mengingat password dan PIN, di mana 18% dari mereka menggunakan password yang sama untuk semua akun, yang membahayakan keamanan akun mereka.
Temuan ketiga, hampir semua responden menganggap teknologi biometrik lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan password. Pemindai sidik jari dilihat sebagai teknologi biometrik yang paling aman (96%), diikuti oleh pemindai mata (94%), dan pemindai vena (93%). Sementara itu, one-time password (OTP) adalah pilihan utama di antara metode tradisional lainnya (93%).
Temuan keempat, sebagian besar konsumen pernah mencoba pemindai sidik jari, dengan 62% dari mereka sudah terbiasa menggunakan teknologi tersebut. Setidaknya, hampir setengah dari mereka pernah mencoba fitur pemindai wajah, pemindai suara, biometrik behavioral, dan pemindai mata, tetapi hanya sedikit yang menggunakan teknologi tersebut secara reguler.
Temuan kelima, manfaat utama penggunaan teknologi biometrik adalah lebih mudah (48%), keamanan yang lebih untuk verifikasi identitas (44%) dan menghilangkan kebutuhan untuk mengingat beberapa password atau PIN (44%). Di sisi lain, kekhawatiran utama dalam penggunaannya adalah gagal beroperasi (63%), privasi (44%), dan keamanan dari informasi yang sensitif (38%).
Temuan keenam, konsumen paling tertarik menggunakan pemindai sidik jari (96%) untuk otentikasi biometrik, diikuti oleh pemindai wajah (88%), dan pemindai mata (86%). Hampir semua responden menginginkan opsi untuk dapat menggunakan beberapa teknologi biometrik (98%).
Temuan ketujuh, pihak yang paling dipercaya konsumen untuk menyimpan informasi biometrik yang sensitif untuk tujuan otentikasi pembayaran adalah bank (74%), diikuti oleh jaringan kartu kredit/debit (68%), dan dompet digital (52%).