MIX.co.id – Selama pandemi, 89% perusahaan di Asia Tenggara mengalami peningkatan ancaman siber, dan 81% mengalami downtime akibat insiden siber di waktu liburan November-Desember atau perayaan akhir tahun.
Ancaman siber dan risiko kebocoran data diprediksi terjadi pada musim liburan akhir tahun karena terjadi peningkatan aktivitas konsumen dan bisnis.
Demikian hasil temuan Cybercrime in a Pandemic World: The Impact of Covid-19 yang dirilis McAfee Enterprise dan FireEye.
“Semua bisnis dalam berbagai skala harus mengevaluasi dan memprioritaskan teknologi keamanan agar tetap terlindungi, terutama selama puncak musim liburan,” kata Bryan Palma, CEO dari perusahaan gabungan McAfee Enterprise & FireEye dalam rilis yang diterima redaksi pada Jumat (12/11), di Jakarta.
Pada belanja online misalnya, traffic dan penjualan e-commerce mengalami lonjakan karena festival akhir tahun 11.11 sehingga menjadi target utama penjahat siber. Menurut dasbor McAfee Enterprise Covid-19, industri ritel global menyumbang 5,2% dari total ancaman siber.
Industri pariwisata dan rantai pasokan juga menjadi sasaran ancaman siber, bahkan ditenggarai sebagai industri paling berisiko tinggi di musim liburan ini.
Meski para profesional TI tahu bahwa ancaman siber meningkat tajam - aktivitas serangan di online/web meningkat lebih dari 60% - temuan membuktikan bahwa sejumlah perusahaan di Asia Tenggara (31%) justru melakukan pengurangan anggaran teknologi dan keamanan.
“Untuk melindungi pendapatan mereka selama lonjakan aktivitas liburan, sekaranglah saatnya bagi perusahaan dan bisnis komersial untuk memastikan bisnis mereka sudah dilengkapi dengan arsitektur keamanan siber yang diperlukan untuk mengatasi ancaman yang semakin agresif dan inovatif,” tandas Bryan Palma. ()