Dalam arti, pendanaan hanya akan diberikan kepada startup yang memiliki kualitas dan performa bagus, kendati uang investor dalam skala global yang akan dikucurkan ke startup jumlahnya sangat banyak.
“Sepertinya enam bulan pertama di 2024, secara umum investor lebih berhati-hati dalam melihat peluang dan melakukan investasi,” ungkap Adi.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berkomitmen untuk mendukung pengembangan stratup di Tanah Air melalui CCV yang merupakan perusahaan modal ventura.
Selama tiga tahun terakhir, menurut Adi, pembiayaan untuk startup masih di atas 30 persen, tapi saat ini semakin menurun di bawah 30 persen.
Sementara itu, Samuel menyampaikan bahwa inovasi yang berpotensi menjadi penggerak ekosistem startup di antaranya agritech, teknologi biometrik hingga kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Pihaknya bersikap terbuka terhadap startup berbasis teknologi. Hal ini tentunya harus sesuai dengan nilai dan kebutuhan perusahaan.
“Pertama, apakah bisa menjawab kebutuhan BCA. Kedua, seperti apa portofolio dan success story dari klien mereka. Ketiga, kita lihat dukungan yang mampu mereka sediakan untuk kebutuhan perusahaan,” papar Samuel.
Sejumlah ceruk bisnis masih berpeluang menjadi sumber pertumbuhan fintech di Indonesia, menurut Adi, antara lain sektor consumer tech, wealth, maupun teknologi digital yang dapat mendukung perbankan. ()