MIX.co.id - Merujuk catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor di pasar modal terus mengalami pertumbuhan. Pada akhir 2021 lalu, jumlah investor telah mencapai 7,48 juta. Jumlah tersebut meningkat sebesar 92,99% dibandingkan tahun 2020, yang jumlahnya mencapai 3,88 juta investor. Dari total angka tersebut, 80% merupakan investor milenial. Sementara itu, di 2021, himpunan dana di pasar modal juga tumbuh sebesar 206% YOY (year-on-year) menjadi Rp 363,28 triliun.
Dipaparkan Adhi Purwanto, Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, teknologi mendorong lahirnya produk investasi baru yang semakin beragam dan memudahkan masyarakat membeli produk tersebut dengan harga yang sangat terjangkau.
"Investor ritel perlu mendalami produk-produk investasi tersebut agar mereka dapat berinvestasi yang sesuai dengan karakter risiko dan tujuan investasi. Literasi juga dibutuhkan agar investor ritel mampu melakukan diversifikasi produk yang bersifat spekulasi jangka pendek dengan investasi jangka panjang," ia mengingatkan.
Menurutnya, salah satu instrumen investasi yang cukup mudah adalah produk reksadana. Nasabah cukup memilih produk reksadana yang sesuai dengan karakter risikonya. Oleh karena itu, penting bagi investor memahami karakteri risikonya, apakah termasuk konservatif, moderat, atau agresif.
“Di sisi lain, kini berinvestasi semakin mudah. Bahkan, hanya dengan menggunakan aplikasi, masyarakat bisa berinvestasi kapan saja dan di mana saja. Oleh sebab itu, masyarakat dan calon investor harus memastikan terlebih dahulu, apakah sebuah aplikasi tersebut legal atau tidak. Caranya cukup mudah, karena semua yang terdaftar dan diawasi oleh OJK akan muncul di website resmi OJK. Setelah melakukan pengecekan melalui website resmi OJK, sejatinya cukup banyak aplikasi investasi legal dan resmi, salah satunya adalah Moduit," terang Manuel.
Lebih jauh ia menegaskan, dengan berinvestasi di produk reksadana terkurasi yang ada di Moduit, masyarakat akan bisa menggapai tujuan mereka, misalnya ingin mencapai Rp 1 miliar pertama. Salah satu metode berinvestasi adalah dengan melakukan secara berkala atau dollar cost averaging. "Metode ini penting, mengingat investasi itu ada risiko fluktuasi. Nah, strategi dollar cost averaging bisa meminimalisir risiko fluktuasi," lanjutnya.
Tingginya minat masyarakat berinvestasi pada instrumen keuangan mau tidak mau memunculkan urgensi penguasaan literasi keuangan yang memadai. "Oleh karena itu, literasi sangat dibutuhkan agar masyarakat benar-benar memahami profil risiko produk keuangan," tutupnya.