Kini, klien Creativewarehouse berasal dari berbagai perusahaan besar, di antaranya Otsuka Group, Kalbe Group, Sinarmas Group, Pegadaian, Wings Group, dan sejumlah Kementerian serta BUMN.
Bagi Reza dan Dilla, dunia bisnis merupakan dunia yang mereka geluti sejak remaja. Berbagai bisnis telah mereka jajal, mulai dari menjual lampu di pinggir jalan dengan penghasilan Rp 50 ribu per hari, usaha fotokopi, manajemen SPG/SPB/Usher, F&B, sampai akhirnya terjun ke bidang agensi periklanan dan event organizer. Selama 10 tahun ini pasangan suami isteri ini mengaku telah merasakan jatuh bangun, bahkan sempat rugi ratusan juta rupiah.
Sejatinya, mendirikan sebuah usaha event organizer tanpa sokongan dana dari investor dan di tengah pandemi bukanlah hal mudah. Namun, pasangan itu memiliki mimpi untuk membuka lapangan pekerjaan, terutama bagi teman-temannya.
“Kami meyakini dengan niat yang baik, hasilnya pasti baik. Banyak teman-teman yang harus kehilangan pekerjaan ketika pandemi, sehingga kami memutuskan untuk membantu mereka dengan modal yang ada. Hasilnya seperti yang dialami sekarang. Creativewarehouse berhasil bertahan dan tumbuh pesar dengan rata-rata omset Rp 500-750 juta per bulan dengan total lebih dari 10 klien,” ungkap Reza.
Ke depan, ia menargetkan, Creativewarehouse terus mengembangkan servisnya, sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan klien dari sisi offline event, tapi bisa mengkombinasikan service yang terintegrasi dengan online dan bisa mengembangakan kreativitas sesuai dengan keinginan klien.
"Di samping itu, Creativewarehouse berharap bisa membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas lagi. Karena dalam satu kali event, kami bisa memperkerjakan 30-40 orang. Bayangkan jika setiap hari, minimal ada 1 event, maka bisa memperkerjakan ratusan orang per minggu," pungkasnya.