P2MI Gelar Media Workshop demi Memupus Stigma Negatif tentang Micin

MIX.co.id - Di Indonesia, stigma negatif tentang MSG (Monosodium Glutamat) atau biasa yang dikenal sebagai micin, memang masih melekat erat. Salah satu stigma yang masih muncul adalah micin dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti pemicu terjadinya kelebihan berat badan (obesitas), kanker, hingga disebut sebagai penyebab kebodohan.

Untuk menghilangkan stigma negatif tersebut, sejatinya dibutuhkan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, bertepatan dengan momen Ramadan tahun ini, Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) menggelar program silaturahmi dengan mengundang sejumlah rekan media. Program tersebit dikemas dalam format media workshop bertajuk “Cinta Pakai Micin, Why Not?”.

“Masih banyak tanggapan miring beredar di masyarakat mengenai micin ini. Oleh karena itu, hari ini (17/4), kami dari P2MI yang beranggotakan PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, dan PT Daesang Ingredients Indonesia berinisiatif memberikan informasi yang benar mengenai amannya mengkonsumsi MSG lewat media workshop. Di program ini, kami menghadirkan pembicara Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah yang merupakan Dosen Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor yang juga dimeriahkan dengan demo masak sambil bersilahturahmi bersama,” terang Satria Gentur Pinandita, Ketua Bidang Komunikasi P2MI.

MSG aman dikonsumsi oleh semua tahapan usia. Kadar keamanan MSG dijelaskan pada Permenkes dan BPOM. Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan menjelaskan bahwa MSG dikategorikan sebagai bahan tambahan pangan. Sifatnya tidak menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan dengan batasan pemakaian secukupnya. Bahkan lembaga internasional seperti Food and Drug Administration (FDA) dan World Health Organisation (WHO) juga telah memverifikasi keamanan MSG.

“MSG mempunyai rasa, yaitu rasa umami yang merupakan rasa dasar kelima, selain asin, asam, manis, dan pahit, karena MSG memiliki reseptor sendiri pada permukaan lidah dan aman dikonsumsi. Hoax yang beredar di masyarakat mengenai micin adalah tidak benar. MSG atau micin MSG memiliki acuan nilai asupan harian (ADI) sebagai not specified atau tidak dinyatakan. Ini berarti MSG adalah bahan yang aman. Bahkan kenyataannya, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur. MSG mengandung 12% Na, sedangkan garam dapur 39%. Artinya, kandungan Na di MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur, sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi Natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur,” terang Prof. Dede.

Pada kesempatan yang sama, Doddy S. Widodo, Ketua P2MI, menegaskan bahwa saat ini ada juga beberapa produk makanan yang meng-klaim tanpa ada penambahan MSG, dan hanya mengandung Jamur, Yeast, dan sebagainya. Namun secara ilmiah, produk makanan ini sebenarnya juga mengandung asam glutamate yang juga terkandung dalam MSG, bahkan produk makanan ini dijual dengan harga yang lebih mahal dari MSG.

“Oleh karena itu, khusus untuk menjelaskan perihal tersebut, kami mengundang Prof. Dr. Dede Robiatul Adawiyah untuk memberikan penjelasan lebih jelas. Dengan demikian, rekan media dapat memberikan informasi yang benar dan berimbang kepada masyarakat agar tidak tertipu,” tandas Doddy.

Melalui program ini, P2MI berharap masyarakat dapat terinformasikan mengenai amannya mengkonsumsi MSG dan tidak lagi khawatir dalam menambahkan micin pada masakan mereka. “Sebab, telah terungkap bahwa stigma negatif yang selama ini melekat pada micin adalah tidak benar. Bahkan nyatanya micin merupakan material yang juga bermanfaat,” pungkas Satria.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)