Pandemi Covid-19 Mengubah Pola Hidup Konsumen

Pandemi Covid-19 banyak mengubah perilaku konsumen, dari cara mengelola keuangan, memasak di rumah yang jadi tren, hingga hobi olahraga bersepeda.

Demikian temuan riset mengenai perilaku konsumen selama pandemi yang dilakukan BAYK bersama Populix. Riset menggunakan survei kuantitatif dengan 300 responden yang tersebar di 5 kota besar Indonesia sebagai data primer, sedangkan data sekunder diperoleh berdasarkan observasi, wawancara lapangan, dan desktop research.

Dalam urusan mengelola keuangan misalnya, 87% responden mengaku memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari selama pandemi. Lebih dari 90% responden mengaku menjadi lebih sering memasak ketimbang masa sebelum pembatasan sosial diberlakukan.

Dengan memahami benang merah perilaku konsumen, kita bisa memprediksi ke arah mana arus utama tren perilaku masyarakat ke depannya,” kata Arya Gumilar, General Manager BAYK Strategic Sustainability dalam acara diskusi webinar bertajuk “Bisnis Bebas Krisis” yang digelar Rabu (16/12) di Jakarta.

Fakta di lapangan menunjukkan, sejumlah produk yang sebetulnya masuk pada kategori tersier, justru meningkat selama pandemi. Stok sepeda nyaris habis di setiap kota. Bahkan, sepeda impor merek tertentu dari luar negeri dengan harga puluhan hingga ratusan juta rupiah per unit, juga ludes di masa pandemi ini.

Sementara Executive Vice President of Operational Blibli.com Lisa Widodo memaparkan, setidaknya ada tiga gelombang preferensi masyarakat dalam berbelanja berdasarkan data penjualan di Blibli.com. Pertama adalah fase panic buying di tiga bulan pertama masa pandemi. Produk yang banyak diburu di antaranya hand sanitizer, makanan kalengan, dan suplemen multivitamin.

Memasuki bulan keempat pandemi, masyarakat mulai “beradaptasi” lebih jauh dengan kebijakan pembatasan sosial. Sebagian masyarakat, tuturnya, sibuk merenovasi kecil-kecilan kediaman mereka, seperti mengganti penerangan di rumah dengan sistem pintar berbasis ponsel, termasuk membeli sepeda dan aksesorisnya.

Di fase ketiga, masyarakat cenderung memilih produk atau jasa yang terkait dengan hiburan. Promo penerbangan murah tergolong salah satu yang paling cepat laku, padahal masih pandemi. “Sudah kayak jual kacang goreng,” ucap Lisa.

Dari temuan riset dan preferensi konsumen di e-commerce tersebut, menurut Arya, daya beli atau dorongan masyarakat untuk spending pada dasarnya tidak banyak berubah. Ada banyak kalangan yang hanya mengubah alokasi belanja saja.

Yang tadinya spending untuk pergi nge-gym, kini beralih menekuni hobi olah raga bersepeda (mahal) dengan alasan tetap sehat dan daya tahan tubuh meningkat. Yang tadinya merogoh kocek untuk ngopi cantik di coffee shop, kini beralih masak di rumah dengan membeli cooking set (mahal) baru. Alasannya, memasak di rumah lebih hemat dan aman dari ancaman tertular Covid-19. ()

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)