Akhir tahun 2018, PT Supra Boga Lestari Tbk--pemilik ritel Ranch Market dan Farmers Market--berhasil mencetak pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp 2,36 triliun. Itu artinya, meningkat 7,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laba bersih konsolidasian juga berhasil meningkat 32,6% menjadi Rp 49,9 miliar di tahun 2018 lalu, di mana tahun 2017 hanya mencapai Rp 37,7 miliar.
Pada kesempatan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Public Expose yang digelar pada akhir Mei ini (24/5) di Double Tree Hotel, Jakarta Pusat, Direktur Utama PT Supra Boga Lestari Tbk. Meshvara Kanjaya menjelaskan, “Pendapatan bersih dan laba bersih konsolidasian perusahaan tahun 2018 tersebut adalah masing-masing 102,4% dan 124,9% dari target yang dicanangkan di awal tahun 2018. Pencapaian target tersebut mencatatkan kinerja positif perusahaan sepanjang tahun 2018."
Sepanjang tahun 2018, ditambahkan Meshvara, perusahaan telah menambah 3 toko baru, yakni 1 Ranch Market di Gedung Arkadia Jakarta dan 2 Farmers Market di Rawamangun, Jakart dan Kota Harapan Indah, Bekasi. Selain itu, perusahaan juga melakukan renovasi signifikan pada 2 gerai ritelnya, yaitu Ranch Market di Oakwood Jakarta dan Farmers Market di Sumarecon Mall Serpong.
"Renovasi di Farmers Market Sumarecon Mall Serpong mengubah konsep toko menjadi konsep hybrid yang menggabungkan konsep supermarket, food & beverage, dan ready to cook," paparnya.
Di tahun 2018, lanjutnya, perusahaan juga mendapatkan dua penghargaan. Pertama, Ranch Market meraih Produce Retailer of the Year dari Asia Fruit Magazine sebagai penghargaan atas keunggulan dalam kualitas dan display produk serta pencapaian kinerja yang baik. Kedua, Farmers Market di Sumarecon Mall Serpong meraih gold medal dari Hongkong Design Award sebagai penghargaan atas inovasi dan kreativitas desain interior.
Diakuinya, di tahun 2018, perusahaan menghadapi sejumlah tantangan. Antara lain, melemahnya nilai rupiah di pertengahan tahun 2018 yang disikapi oleh pemerintah dengan semakin memperketat importasi guna menjaga nilai rupiah.
"Ini membuat kami harus semakin lebih kreatif untuk melengkapi keragaman produk impor yang berkurang. Kami mengantisipasi kondisi tersebut dengan semakin mencari produk pengganti dengan kualitas sama atau yang lebih baik. Termasuk, dengan mengembangkan fresh product yang bernilai tambah," tutupnya.