Studi Nielsens Whats Next for Southeast Asia melaporkan, tingkat pertumbuhan penjualan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di convenience store di wilayah Asia Tenggara meningkat cukup signifikan. Studi tersebut mengungkapkan bahwa pertumbuhan penjualan FMCG di toko-toko convenience di seluruh Asia Tenggara mencapai 8,3% pada tahun lalu.
Dari total pertumbuhan itu, Malaysia menunjukkan pertumbuhan terkuat di wilayah Asia Tenggara, yakni naik 17%. Selanjutnya, diikuti oleh Vietnam (naik 13%), Filipina (naik 10%), Indonesia (naik 8%), dan Thailand (naik 7%).
Ada hampir 73.000 toko convenience di seluruh wilayah Asia Tenggara pada 2018. Jumlah itu terus meningkat 10% dari tahun ke tahun. Sementara itu, jumlah format minimarket di wilayah Asia Tenggara mendekati 50.000 atau umbuh 4,7% per tahunnya.
Kami telah melihat pertumbuhan yang kuat dalam format convenience dan minimarket di seluruh Asia Tenggara untuk saat ini. Namun, dalam setahun terakhir ini, pertumbuhan benar-benar mencapai puncaknya, kata Vaughan Ryan, Managing Director Nielsen Asia Tenggara.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa konsumen di seluruh wilayah Asia Tenggara menjalani kehidupan yang semakin serba cepat. Perubahan gaya hidup ini mendorong meningkatnya permintaan akan layanan on-the-go, yang pada gilirannya, mendorong pertumbuhan format ritel convenience dan minimarket.
Secara khusus, kedua format tersebut memainkan peran yang berbeda dan berkembang dalam kehidupan konsumen. Toko convenience telah berubah dari menyediakan produk impuls, seperti makanan ringan, minuman, dan rokok, menjadi bersaing dengan restoran cepat saji dengan memperluas jenis produk makanan siap saji dan barang impuls mereka, serta menambahkan banyak layanan dan produk lain untuk membuat hidup konsumen lebih mudah," paparnya.
Sementara itu, minimarket menyediakan kenyamanan jarak yang dekat dengan rumah untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. "Sebab, konsumen harus membuang waktu lebih banyak untuk mengunjungi toko dengan format yang lebih besar, terutama di kota-kota yang sangat padat," tutur Vaughan.
Melihat keseluruhan lanskap FMCG Asia Tenggara, menurutnya, faktor ekonomi yang meningkat ditambah dengan tingkat kepercayaan konsumen yang kuat adalah pemicu keinginan konsumen untuk berbelanja, yang kemudian menghasilkan pertumbuhan FMCG yang solid secara keseluruhan.
Kombinasi dari meningkatnya optimisme konsumen dan prospek ekonomi yang relatif kuat di Asia Tenggara berarti bahwa kawasan ini menarik perhatian perusahaan global besar dan juga perusahaan lokal ketika mereka mencari peluang baru untuk bertumbuh," ucapnya.
Dengan meningkatnya penetrasi internet dan lebih banyaknya pemaparan terhadap berbagai merek, produk, dan penawaran, konsumen di seluruh wilayah ini menjadi lebih cerdas dan bijaksana dalam keputusan pembelian mereka. "Penawaran yang disesuaikan dengan selera lokal dan perilaku pembelian sangat penting untuk meraih sukses," yakinnya.
Dan, Indonesia tercatat sebagai negara di Asia Tenggara yang memiliki jumlah minimarket terbesar, yaitu mencapai 43.826 toko. Itu artinya, tumbuh sebesar 3,2% dari tahun-ke-tahun. "Di Indonesia, dengan pertumbuhan kelas menengah dan kehidupan yang semakin sibuk, jarak dekat dan kenyamanan telah menjadi sangat penting bagi konsumen. Mereka ingin menghabiskan lebih sedikit waktu untuk menjangkau toko terutama di kota-kota besar di mana kemacetan menjadi beban besar," akunya.
Ditambahkan Wiwy Sasongko, Executive Director, Head of Retailer Vertical Nielsen Indonesia, Sebagai akibat dari pertumbuhan kelas menengah, jumlah minimarket telah mencapai lebih dari empat puluh ribu dengan pertambahan lebih dari seribu setiap tahunnya. Format minimarket ini menyumbang 21% dari nilai penjualan FMCG dan tumbuh 8% pada 2018 (vs total pasar 1%), dengan 75% konsumen berbelanja di format ini dan mengunjunginya rata-rata dua kali seminggu.