MIX.co.id - Menguasai pasar Indonesia dengan melancarkan ekspansi ke berbagai daerah kerapkali dijadikan strategi kunci oleh brand-brand lokal maupun multinasional. Salah satu strategi yang banyak dipilih brand dalam melakukan ekspansi adalah dengan menggarap pasar tradisional.
Keputusan itu cukup dimaklumi. Mengingat, merujuk data PINTAP, sekitar 60-70% transaksi perdagangan ritel terjadi di pasar tradisional. Dengan jumlah pelaku pasar tradisional di Indonesia yang mencapai 3,6 juta, maka potensi transaksi di pasar tradisional dapat berkontribusi hingga 60% dari Produk Domestik Bruto Indonesia.
Sayangnya, memasuki ritel tradisional tak semudah memasuki ritel modern. Jika ritel modern memiliki standardisasi dan konsep terpusat dalam pengelolaannya, maka ritel tradisional di masing-masing daerah memiliki karakteristik yang berbeda. Bahkan, di antara jenis ritel, seperti grosir, warung, toko kelontong, juga memiliki karakteristik yang berbeda.
Oleh karena itu, dibutuhkan pengelolaan sekaligus strategi yang kustom agar menggarap pasar tradisional menjadi efektif, tak membutuhkan waktu lama, serta tak berbiaya besar. Salah satu caranya adalah dengan menggandeng mitra yang memahami karakteristik sekaligus menguasai pasar tradisional. Bahkan, untuk brand atau perusahaan yang telah memiliki big data terkait pasar tradisional pun membutuhkan mitra yang memiliki kemampuan untuk mengolah big data menjadi strategi yang langsung dapat dieksekusi.
Fakta itulah yang ditangkap PT Solusi Pintap Indonesia (PINTAP) sebagai peluang. Hadir sebagai perusahaan berbasis datawarehouse dan layanan B2B (business-to-business), PINTAP menawarkan solusi kepada perusahaan, dalam hal ini para pemilik ataupun pengelola merek, untuk menggarap pasar tradisional.
Diungkapkan Yunosuke Shigesato, Founder & Director PINTAP, ada dua keunggulan yang dimiliki PINTAP. Pertama, PINTAP memiliki layanan Web Bisnis (Software as a Service – SaaS) untuk mitra atau klien. Ada tiga produk yang dihadirkan dari layanan tersebut, yakni Concierge berupa layanan market intelligence berbasis analisis yang komprehensif melalui data yang beragam dan kustom bagi mitra bisnis; Research berupa survei online secara mendalam kepada para pelaku pasar tradisional; dan Force berupa digitalisasi tenaga penjual di pasar tradisional sehingga memungkinkan mitra bisnis PINTAP mengeksekusi strategi berbasis data insight.
Kedua, PINTAP memiliki interaksi langsung dengan para pelaku pasar tradisional. “Per Maret 2022, kami telah menguasai jaringan pasar tradisional dengan lebih dari 10.000 komunitas warung, grosir, penjual lapangan, pedagang kaki lima, freelance motoris, dan komunitas ibu-ibu. Dengan kekuatan itu, kami memiliki produk Pintap Retail, Pintap Mitra, dan Kupon,” lanjutnya.
Ditambahkan Ronald Zhou, Head of Sales PINTAP, saat ini, PINTAP telah memiliki lebih dari 30 klien, di mana 90%-nya masih berasal dari perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Adapun skala bisnis kliennya terhitung beragam, mulai dari usaha kecil, multinasional, hingga global.
Lebih jauh ia menerangkan, salah satu klien PINTAP adalah Kopi Kenangan yang baru saja meluncurkan produk Ready to Drink Coffee (RTD Coffee), pada Januari 2022. “Kami membantu Kopi Kenangan dalam memasuki pasar tradisional untuk produk RTD Coffee-nya, antara lain dengan memberikan market research untuk dapat merancang strategi dalam memasuki pasar tradisional dan mengeksekusinya langsung,” ucap Ronald, yang menyebutkan bahwa rata-rata klien yang telah memanfaatkan layanan PINTAP mampu meningkatkan penjualannya hingga 30%.
Klien lainnya adalah merek MyRoti dari Yamazaki, perusahaan roti asal Jepang. “Untuk MyRoti kami membuatkan aktivasi offline dengan mengundang komunitas tenaga kanvaser, yang akan menjual produk ke toko atau warung. Pada aktivasi tersebut, selain menggelar survey untuk memperoleh insight yang mendalam, MyRoti juga dapat melakukan direct selling, sampling, hingga membangun engagement dengan para kanvaser,” tambah Yunosuke.
Selain itu, PINTAP juga menawarkan layanan digital marketing, jika ingin mengekomunikasikan aktivasi offline tersebut melalui platform online seperti media sosial. Bahkan, para pemilik merek juga dapat memanfaatkan komunitas yang PINTAP miliki, misalnya komunitas ibu-ibu, sebagai KOL (Key Opinion Leader).
“Karena, kami juga menawarkan layanan O2O (Online to Offiline atau Offline to Online),” lanjut Yunosuke, yang menyebutkan bahwa PINTAP juga senantiasa meng-empower komunitas di jaringan pasar tradisional dengan berbagai pelatihan.
Tak hanya itu, perusahaan-perusahaan besar yang sudah memiliki jaringan distribusi yang kuat pun telah memanfaatkan platform PINTAP dalam menggarap pasar tradisional. Antara lain, merek Nissin dan perusahaan Niramas Utama yang mendistribusikan merek Inaco.