MIX.co.id - Pra-KTT Youth 20 (Y20) ke-4 diakhiri dengan gelaran talkshow tentang anak muda dan sektor ekonomi kreatif, pada pertengahan Juni ini (19/6), di Manokwari, Papua Barat.
Diungkapkan Camelia Harahap, Head of Arts and Creative Industries of British Council Indonesia, usaha sosial kreatif turut membantu mewujudkan inklusi, khususnya berkaitan dengan penciptaan pekerjaan yang layak untuk semua.
“Usaha sosial-kreatif menciptakan pekerjaan untuk anak muda, perempuan, dan penyandang disabilitas lebih cepat dari sektor lainnya. Banyak usaha sosial-kreatif di Indonesia yang dipimpin oleh anak muda cenderung fokus mewujudkan SDGs, khususnya SDGs ke-8 yakni menciptakan pekerjaan yang layak,” terang Camelia.
Ditambahkan Dissa Ahdanisa, Pendiri Fingertalk, ada 11 juta penyandang disabilitas di Indonesia. Sebanyak 1,5 juta di antaranya merupakan anak muda kurang mampu dengan akses terbatas terhadap pendidikan formal dan peluang kerja. Minimnya lapangan kerja bagi penyandang disabilitas mendorong Dissa untuk mendirikan Fingertalk, kafe yang khusus mempekerjakan individu tunarungu. Di kafe itu, pelanggan memesan makanan dan minuman dengan bahasa isyarat.
Pada kesempatan yang sama, Chief Creative Officer Narasi Jovialda Lopez berbagi pengalamannya sebagai konten kreator, sebuah profesi yang kini banyak diminati anak muda. Melalui channel Skinny Indonesian24, Jovial bersama adiknya Andovi membuat banyak konten-konten yang memperkenalkan budayaIndonesia kepada audiens global. Jovial mengatakan dirinya sempat tinggal di sejumlah negara sewaktu kecil, karena ibunya adalah seorang diplomat.
Sementara itu, Pichit Virankabutra, Deputy Director Thailand Creative Economy Agency, menegaskan, pengembangan ekonomi kreatif meliputi tiga pilar, yakni talenta kreatif, bisnis kreatif, serta kawasan kreatif. Berbicara tentang pengembangan talenta kreatif, Thailand memiliki layanan inkubasi bisnis kreatif yang juga terhubung dengan lembaga pendidikan.
Selanjutnya, Pra-KTT Y20 ke-4 menghasilkan Pesan Manokwari, sebuah dokumen yang berisip pesan moral terkait keberagaman dan inklusi pemuda. Sebanyak 24 pesan moral tercantum dalam Pesan Manokwari. Poin-poin tersebut dikelompokkan dalam lima sub-tema, yakni pendidikan inklusif, ekonomi kreatif, budaya dan toleransi, kepemimpinan pemuda dan keterlibatan masyarakat, serta teknologi dan akses digital.
Di pendidikan inklusif misalnya, Pesan Manokwari mendorong pemerataan secara menyeluruh dalam sistem pendidikan untuk semua.
Sementara itu, terkait ekonomikm kreatif, pemerintah, sektor swasta, dan komunitas setempat (masyarakat adat) juga perlu bekerja sama untuk mendukung bisnis anak muda, khususnya yangberskala kecil dan menengah.
Melalui Pesan Manokwari, Y20 juga mendorong peningkatan kesadaran anak muda tentang pentingnya partisipasi dan literasi politik, termasuk memastikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi kepemimpinan di kelompok rentan lewat capacity building di lembaga formal maupun informal.