Tren suplai dan permintaan properti selama tahun 2020 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Dari segi suplai, tercatat tren bulanan yang cukup stabil pada kuartal pertama dan kedua 2020, dengan rata-rata listing aktif berada di angka 8%. Pertumbuhan suplai listing tertinggi terjadi di Juli 2020, yakni sebesar 8,75%. Penurunan suplai listing yang cukup drastis terjadi dari Agustus 2020, yang turun ke 5,67% hingga yang terendah pada Desember 2020 yang turun 3,82%.
Demikian data yang baru saja dirilis oleh Tim 99 Group pada program webinar “Property Outlook 2021” yang digelar Rumah123.com, yang merupakan bagian dari 99 Group. Program tahunan yang digelar rutin ini bertujuan untuk menyajikan informasi komprehensif dan selayang pandang industri properti Indonesia di tahun 2021.
Fakta lainnya yang terungkap dari studi ini adalah pernurunan permintaan properti per bulannya pada periode Januari hingga April 2020. Penurunan tercatat cukup signifikan, yakni 5-10%. Penurunan tersebut terjadi saat dimulainya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap awal.
Namun, permintaan pasar kemudian meningkat menjadi 7,96% pada Mei hingga berhasil menembus 11,25% pada Juni 2021. Peningkatan ini menjadi respons atas adaptasi yang dilakukan sektor properti dan pelonggaran PSBB. Angka permintaan sempat kembali mengalami penurunan ke 6,57% pada September 2020. Walaupun demikian, hingga Desember 2020, permintaan properti berhasil stabil di angka 8,46%. Dengan demikian, tahun 2020 dapat ditutup dengan rapor positif.
Dikatakan CEO 99 Group Indonesia, Chong Ming Hwee, “Untuk mengetahui dinamika industri properti di Indonesia, tentu dibutuhkan akurasi data yang tinggi. Tim analis 99 Group telah berhasil menyajikan data yang diolah dari statistik dan database yang diolah dan terus diperbarui berdasarkan tren pasar yang terjadi. Lewat Property Outlook 2021 ini, 99 Group dapat memberikan advokasi yang bermanfaat untuk konsumen, agen, pengembang properti, dan stakeholders dengan sumber data yang komprehensif, tepat, dan akurat.”
Sementara itu, merujuk hasil riset konsumen yang dihimpun dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), kebutuhan perumahan masih didominasi oleh pembangunan sebesar 29% dan perbaikan rumah sebanyak 22,5%. Guna mendukung kebutuhan tersebut, pemerintah lewat Kementerian PUPR menargetkan bantuan pembiayaan perumahan 2021 dengan nilai Rp 17 triliun, yang terdiri dari Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp 16,66 triliun dan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) sebesar Rp 8,7 miliar.
“Perbaikan dan perluasan skema FLPP dan BP2BT kami tujukan untuk mendorong pendanaan dari sisi suplai properti, khususnya untuk sektor informal,” pungkas Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Eko D. Heripoerwanto.