Pada Oktober, Disney akan merayakan ulang tahun ke-100. Merek ini telah mempertahankan status ikoniknya sepanjang hampir 100 tahun sejarahnya dengan membangun visi pendirinya sambil tetap setia pada misi intinya untuk menyediakan program dan produk berkualitas tinggi yang menginspirasi dan menggembirakan.
Proposisi nilai itulah yang digunakan banyak merek terkemuka dunia lainnya – seperti Apple, Coca-Cola, Burger King, dan Patagonia – untuk membentuk ikatan yang tak terpisahkan dengan pelanggan mereka dan mengatasi kontroversi yang tak terhindarkan.
Ada lima faktor kritis yang membantu merek ikonik ini melompat dari perusahaan rata-rata menjadi pilar budaya:
1. Tujuan yang jelas
Sebuah merek menjadi ikonik ketika mengembangkan pengikut yang kuat – tingkat kesetiaan yang tinggi di antara basis pendukung merek yang menyebarkan kabar tentang produk dan layanan merek. Ketika orang memahami “mengapa” di balik merek – yaitu, alasan keberadaannya – merek tersebut naik ke level baru.
2. Kepercayaan
Kepercayaan adalah faktor kritis lainnya dalam perjalanan menjadi merek ikonik. Satu penelitian baru-baru ini yang dilakukan oleh Adobe menemukan korelasi tinggi antara kepercayaan dan perilaku konsumen, dengan 66% orang mengatakan mereka akan berhenti membeli dari merek yang melanggar kepercayaan mereka.
Penggemar Apple bersumpah demi perusahaan itu karena faktor kepercayaan tersebut, yang telah memungkinkannya menjadi perusahaan terkaya di dunia. Di sisi lain, Facebook telah melihat ketenarannya berkurang akibat skandal yang merusak kredibilitasnya dan menyebabkan eksodus pengguna.
3. Langkah pemasaran yang berani
Inisiatif pemasaran besar seperti iklan Super Bowl dapat mengubah merek menjadi bintang. Misalnya, Apple akan selalu diingat karena iklan Super Bowl-nya pada tahun 1984 yang memperkenalkan komputer Macintosh. Tetapi tindakan berani yang tidak didukung oleh keunggulan produk bisa gagal; dalam kasus Apple, keputusan pemasaran Super Bowl itu berhasil karena komputer yang diperkenalkan benar-benar revolusioner.
Burger King adalah contoh lain dari merek yang telah mengambil risiko pada langkah pemasaran yang berani (dan pada akhirnya sukses). Selama puncak pandemi, merek tersebut mempromosikan pesaingnya untuk mendukung pekerja makanan cepat saji. “Kami tidak pernah berpikir kami akan meminta Anda untuk melakukan ini, tetapi restoran yang mempekerjakan ribuan staf benar-benar membutuhkan dukungan Anda saat ini,” cuit perusahaan itu, menyarankan konsumen memesan dari sejumlah pesaing – bahkan saingan bebuyutan, McDonald’s.
Langkah yang tak terduga ini mendapat publisitas positif dan pujian dari penggemar di media sosial.
MIX.co.id - Tahun 2023, BCA Digital secara proaktif dan konsisten menginisiasi kegiatan literasi, edukasi, dan…
MIX.co.id – Memperingati Hari Ibu, Kalbe Nutritionals melalui salah satu produknya Prenagen Lactamom meluncurkan kampanye…
MIX.co.id - Sebagai bagian dari tanggung jawab sosialnya, Erha Clinic meluncurkan program circular economy "Start…
MIX.co.id - Sepanjang 2024, Smartfren telah menggelar rangkaian program corporate social responsibility (CSR) melalui lima…
Isu keberlanjutan kini menjadi fokus global, mendorong perusahaan dan masyarakat untuk menemukan cara yang dapat…
MIX.co.id - Pada kehidupan modern saat ini, berbagai aktivitas manusia sering memberikan dampak buruk terhadap…