RAMADAN 2024 DI TAHUN POLITIK: KETIKA TRADISI BERTEMU TEKNOLOGI

Di tengah tahun politik yang penuh tantangan, Ramadan 2024 mengungkapkan bagaimana nilai-nilai luhur dan adaptasi teknologi modern berpadu, menghasilkan dinamika konsumsi unik di Indonesia.

.

.

Dalam konteks tahun politik yang penuh dengan berbagai ideologi dan kompleksitas sosial, Ramadan 2024 membawa kesempatan istimewa untuk menggalang nilai-nilai bersama di tengah masyarakat Indonesia. Tanpa memandang latar belakang politik, bulan suci ini menjadi momentum untuk meningkatkan persatuan, kasih sayang, dan pengertian antarsesama.

Sebelumnya, telah teridentifikasi bahwa selama bulan Ramadan, kecenderungan konsumsi masyarakat meningkat, khususnya untuk kebutuhan makanan, pakaian, dan hadiah. Namun, dinamika tahun politik berpotensi mempengaruhi pola pengeluaran masyarakat di periode ini. Untuk itu, pemahaman mendalam tentang perilaku konsumen menjadi sangat krusial.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Jakpat kepada 1668 responden Muslim di Indonesia, diperoleh data-detail mengenai rencana mereka selama Ramadan dan Lebaran 2024, mencakup anggaran, belanja, parsel, serta persiapan makanan untuk sahur dan buka puasa, termasuk rencana mudik.

Survei ini dijalankan pada 7-12 Februari 2024, melibatkan responden Muslim dengan menggunakan aplikasi mobile Jakpat. Penelitian ini dirancang untuk mencerminkan proporsi populasi internet di Indonesia, dengan margin kesalahan di bawah 5%. Fokus utama penelitian ini meliputi analisis terhadap pengeluaran, persiapan makanan, pertemuan buka puasa, dan tradisi mudik selama Ramadan 2024.

Hasil survei mengungkap bahwa, meski berada dalam tahun politik, nilai-nilai tradisional seperti zakat, persiapan makanan di rumah, dan mudik masih sangat diutamakan. Ini menunjukkan kuatnya akar tradisi tersebut dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Indonesia.

Selain itu, adaptasi terhadap teknologi modern terlihat dari kecenderungan belanja online yang dipilih oleh lebih dari 70% responden untuk kebutuhan Ramadan mereka, dengan kebanyakan memilih untuk berbelanja sebelum bulan Ramadan dimulai.

Secara spesifik, data menunjukkan bahwa lebih dari 80% responden menempatkan zakat sebagai prioritas utama dalam pengeluaran Ramadan mereka. Dua dari lima responden menyiapkan anggaran khusus untuk mudik.

Dalam hal pemberian parsel, makanan menjadi pilihan utama dengan satu dari empat responden mengalokasikan anggaran di bawah IDR 100.000 per parsel. Untuk persiapan makanan, mayoritas responden memilih untuk memasak di rumah, baik untuk sahur maupun buka puasa, sedangkan hanya sekitar 20% yang memilih untuk makanan bawaan saat sahur.

Terkait tradisi mudik, 34% responden yang merupakan migran, 76% di antaranya berencana untuk mudik, dengan Kota Bandung, Kota Yogyakarta, dan Kota Surabaya menjadi destinasi mudik favorit.

Dari survei ini, tergambar jelas bagaimana tradisi dan nilai-nilai keagamaan tetap menjadi fokus utama selama Ramadan dan Lebaran, di samping adaptasi terhadap perubahan gaya hidup dan teknologi modern.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Sign In

Get the most out of SWA by signing in to your account

(close)

Register

Have an account? Sign In
(close)