Strategi pemasaran harus lebih kritis dan fokus pada nilai-nilai yang dihargai pria modern. Survei menunjukkan bahwa selain efektivitas produk, pria juga peduli pada komitmen brand terhadap isu sosial dan lingkungan.
Label seperti "ramah lingkungan" atau "tidak diuji pada hewan" bukan sekadar tambahan, tetapi bisa menjadi faktor pembeda yang memengaruhi keputusan pembelian. Kampanye yang menggambarkan skincare sebagai bagian dari gaya hidup yang bertanggung jawab dapat menciptakan hubungan emosional yang lebih kuat dengan konsumen.
Distribusi juga memainkan peran penting. Dengan mayoritas pria memilih produk OTC, ketersediaan di e-commerce seperti Shopee atau Lazada menjadi krusial. Promosi seperti bundling khusus untuk pria atau diskon pada momen tertentu dapat meningkatkan adopsi produk. Namun, penetrasi di supermarket atau minimarket tetap diperlukan untuk menjangkau pria yang lebih suka berbelanja langsung.
Meskipun tren ini menunjukkan pertumbuhan, industri kecantikan tidak boleh mengabaikan tantangan yang ada. Stereotip sosial yang tersisa, kurangnya edukasi, dan ketergantungan pada platform digital dapat membatasi adopsi yang lebih luas. Brand harus mengintegrasikan strategi pemasaran yang holistik, menggabungkan edukasi, inovasi produk, dan komunikasi yang relevan untuk mengatasi hambatan ini.
Dengan pendekatan yang strategis dan inovatif, skincare untuk pria tidak hanya menjadi pasar yang menjanjikan tetapi juga sarana untuk mendorong transformasi budaya dalam perawatan diri.